September-ku diisi dengan segudang acara yang jika diruntut ada beberapa kegiatan yang bagiku notable. Mulai dari berlibur ke tiga pulau di kepulauan seribu, mempersiapkan draft AD perusahaan baru punya beberapa kawan, dan tentu saja long week end sekaligus Idul Adha. Pun ada lagi tambahan berbagai kejadian maupun kehebohan di belantara jejaring sosial tanah air.
Yup, liburan ke kepulauan seribu. Pernah kubahas dalam tulisan sebelumnya mengenai wisata ke kepulauan seribu. Kupikir wisatanya lebih banyak berwisata sejarah sih, meski sebenernya nggak tau tema wisatanya apa. Entah karena ngepasi waktu itu hampir mulai memasuki masa-masa haji, tempat wisata yang dikunjungi adalah tempat yang pernah dijadikan sebagai rumah karantina haji pada masa pemerintahan Hindia-Belanda dan pemerintahan VOC. Pun wisata tak jauh-jauh dari sejarah pusat galangan kapal, pelabuhan, dan aktivitas yang terjadi di sekitar kepulauan seribu, lagi-lagi pada masa pemerintahan Hindia-Belanda dan pemerintahan VOC, diselipi dengan masa-masa pendudukan Jepang dan pemerintahan Republik. Di belakang semua cerita wisata itu, kurasa perlu dan harus say thanks buat mas dan mbak dari AIRIS Journeys yang sudah mempersiapkan transportasi dan beberapa “alat” pendukung untuk liburan, Tertimakasih atas ajakan liburannya.
Draft Anggaran Dasar? Oh No, ini semacam hal baru. Aku seorang yang biasanya bermain-main dengan teknikal ikut nimbrung bantu-bantu beberapa kawan di Yogyakarta membuat Anggaran Dasar untuk sebuah perusahaan yang akan mereka dirikan bersama, aku ikut nimbrung juga *ups*. Setelah beberapa kali kusarankan membuat secara tertulis dan deskriptif mengenai “mau usaha apa”, itung-itungan untuk feasibility, analisa pasar, dan sebagainya dan sebagainya akhirnya kusanggupi untuk bantu-bantu jadi semacam konsultan dan pemberi saran. Yup, bermodal setengah milyar lebih sedikit hasil “patungan”, datanglah beberapa kawan itu ke hadapan Notaris melahirkan Akta Pendirian Perusahaan. Badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas.
Kamu jadi apa? Aku mah apa atuh.
Pada minggu ketiga, aku lebih banyak bermain sambil bekerja. Review dokumen teknis tender atau semacamnya, bantu-bantu cek dokumen persyaratan mengikuti tender dan sebagainya. Kupikir ini bukan sesuatu yang “penting” untuk dituliskan secara detil, emang sebaiknya nggak ditulis sih.
Minggu keempat? Yah, minggu keempat hampir berjalan sempurna. Masuk kantor tiga hari (Senin, Selasa, dan Rabu), kemudian hari Kamis sudah berasa di kampung halaman. Hari Senin diisi dengan melanjutkan pekerjaan yang belum terselesaikan pada minggu sebelumnya. Hari Selasa jalan-jalan ke Setiabudi One ngobrol teknis dengan beberapa orang, pun begitu hari Rabu. Rabu sore sedianya perjalanan dari Gambir ke Yogyakarta pukul 16.45, tetapi karena ada kejadian KRL ngambung pantat temennya di Stasiun Juanda, jadilah perjalanan tertunda hampir 2 jam karena gerbong kereta yang dilansir dari Jakarta Kota harus mlipir melalui Pasar Senen-Jatinegara-Manggarai dan baru masuk ke Gambir (seharusnya langsung Jakarta Kota-Gambir). Yah begitulah waktu dan kejadian, kita cuma bisa berencana, memprediksi, membuat prakiraan, dan mengusahakannya.
Yap, sekarang tanggal 25 September 2015. Sebentar lagi bulan September berakhir, yang artinya juga hampir tepat 2 tahun aku menjadi pendatang di Jakarta. Apa yang sudah kudapatkan selama 2 tahun di Jakarta? Ah, itu kan bahan untuk tulisan bulan depan.