Bigger World, Bigger Act, Bigger Dream for Indonesia, begitu tema yang dibawa dalam pentas seni smanaga tahun ini. Mencoba meng-Indonesia-kan seluruh insan akademik di sekolah. Tapi bagi saya ini sangat-sangatlah aneh. Kalau untuk meng-Indonesia-kan insan akademik, kenapa tema yang dibawa diungkapkan dengan bahasa Inggris ya? Selama saya mengikuti ajang kreasi antar kelas dari tadi pagi hingga menjelang dhuhur sedikitpun tidak menampilkan sesuatu yang khas Indonesia. Jadi apa tema sesungguhnya?
Terlepas dari itu semua, momentum pensi smanaga dari tahun ke tahun menjadi saat berkumpulnya para alumni di sekolah. Berbeda untuk kali ini, saya secara tidak sengaja bertemu dengan pak Joko guru Matematika saya dulu. Obrolan seputar dunia komputer mengalir hingga ujung-ujungnya mengarah āinstallke programā. Wah untung saya tidak terlalu dikenal di sekolahan seperti Mas Eko, jadinya ketika masalah-nya pak Joko di-floor-kan ya yang nandangi Mas Eko, install Nero dan beberapa program lainnya.
Di depan saya membentang pemandangan yang sama persis dengan yang biasa saya lihat, kembaran laptop-ku tetapi berplatform intel, compaq 510-nya bu Tafri (juga guru matematika). Ah emang bu Tafri ini gak pernah mau kalah dan ketinggalan informasi (kepingin), karena saya nganggur ya akhirnya saya yang nangkap install program. Untung-nya bu Tafri ini hanya kepengen program-nya dari Mozilla (firefox) yang pada dasar-nya freeware (gratis).
Seperti keperluan keperluan saya beberapa minggu sebelumnya, selain bertemu teman-teman semasa SMA, saya membawa misi terselubung dari balatidar, rencana pelatihan blog di sekolah. Hasilnya? Setelah sedikit berpanjang lebar dan sedikit menggurui guru sekolah memberikan feed back positif, tinggal menentukan waktu yang atas permintaan dari bagian humas sekolahan diusahakan agar pelatihan dilakukan bulan Januari ini, pas hari Sabtu setelah jam 13.30.
Lha ulasan pensi-nya mana? Pensi berjalan seperti biasa, seharusnya dengan melihat adanya beberapa sponsor yang melekat dalam pensi kali ini, acara harus lebih WAH. Ya memang kali ini pensi sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Begitu gambaran awal saya tentang pensi-nya smanaga kali ini.
Kalau jaman dahulu kala antara jumlah penyaji band dengan penyaji kabaret (semacam teatrikal ber-dubbing) hampir sama, kali ini kelihatannya lebih banyak yang menyajikan band kelas. Apa yang membuat band menjadi lebih menarik di kalangan anak SMA?
Setelah saya telusuri dan bertanya kepada beberapa anak ternyata alasannya karena menyajikan band itu lebih simple dan tidak repot memperjuangkan properties dibandingkan kabaret. Saya dulu malah lebih senang ketika kelas menyajikan kabaret, nuansa kebersamaan selama latihan, pengerjaan property, dubbing sangat terasa. Ah sepertinya jaman telah bergeser selama 3 tahun ini. Nuansa individualis di kalangan siswa mulai terasa. Kenapa siswa semakin individualis ya?
Dari obrolan saya dengan seorang guru, saya dapat mengerti dan sedikit memahami mengapa siswa menjadi individualis. Siswa berangkat sekolah jam setengah tujuh pulang sekolah jam dua, nanti ditambah les privat dan macem-macem sampai rumah paling cepet jam lima sore. Siswa tak punya waktu untuk bersosialisasi dengan teman sebaya di lingkungan rumah. Inilah yang bisa menjadikan siswa kurang percaya diri, merasa segala sesuatu harus dikerjakan sendiri, sering mengalami konflik dalam teamwork. Kira-kira begitu dari hasil bacaan mengenai sikap adik-adik saya di sekolah.
* saya tidak sepenuhnya menyalahkan siswa mengenai sikapnya yang individualis, dan tentunya tidak semua siswa di sekolahan menjadi siswa yang individualis.