Layanan Pesan Transportasi Online

Masih cukup segar dalam ingatan mengenai operasi penertiban mitra UBER, layanan semacam pemesanan “taxi” secara online. Kalau memang pada prinsipnya demikian, maka tentu saja hal yang sama berlaku pada GrabCar atau GrabTaxi yang kondisinya secara operasional dan perijinannya hampir mirip dengan UBER.

Nah, kalau begitu kenapa lebih banyak yang mengemuka UBER sementara GrabCar masih cukup aman-aman saja?

Aku mencoba sesekali mendengarkan dan menanyakan bagaimana cerita-cerita para mitra layanan pemesanan “taxi”. Sempat ngobrol dalam satu perjalanan dari Gandaria City menuju daerah Kuningan-Mampang.

Pak, kalau semacam GrabCar atau UBER itu sebenernya lebih nguntungin mana sih Pak?

Ya hampir sama Mas. Beda di itungan sama skema aja. Kalau UBER kan dia nggak ada cash sedangkan GrabCar dia ada cash yang kita pegang. UBER soalnya semua udah pake kartu kredit. Tapi kalau profitnya UBER itu kita dapet 100%, kalau GrabCar kita setor 20% ke aplikasi. Tinggal pilih aja, kalau mau cash ya kita cuma dapet 80% (GrabCar, -red), tapi kalau masih pegang duit bensin ya mending yang 100% (UBER, -red). Di GrabCar juga ada target seminggu 32 rit, bonusnya dapet kalau udah diatas 400 ribu.

Kalau Bapak pilih yang mana Pak?

Gini Mas, kalau pagi saya pake GrabCar buat nyari duit bensin dulu. Kalau udah cukup, biasanya baru dapet duit bensin menjelang jam sepuluh pagi, aplikasi GrabCar langsung saya OFF. Ganti ke UBER. Target-target sih kalau sekarang udah susah tuh dapet segituan.

Kalau selama ini, ada pengalaman-pengalaman gimana gitu nggak Pak?

Sama aja sih Mas sebenernya. Sekarang udah kayak jamur, tiap 100 meter udah ada yang nongkrong siap ambil rit. Cari 32 rit seminggu juga susah dengan mitra sebanyak sekarang. Lagian nih Mas, kalau saya amati itu ada perbedaan mendasar custmernya. Kalau UBER itu kebanyakan yang pake ekspatriat, pekerja asing. Mereka kan udah familiar tuh sama UBER. Nah kalau GrabCar itu anak-anak sekolah juga bisa sering tuh ngorder. Ya sistem bayarnya beda sih ya, anak sekolah berapa sih yang udah dikasih kartu kredit. Hampir nggak ada.

Dari aplikasinya gimana pak, misal kalau HP mati.

Itu Mas, saya pernah tuh ngalamin begituan. Lupa bawa cas, pas nganterin tau-tau HP mati, udah nggak tau nggak bisa pantau itu nyampe mana-nyampe mana habis berapa. Kalau sekarang saya pasang terus. Pernah juga kebanyakan aplikasi di HP jadi sering eror sendiri, jadi sekarang ini HP cuma dipasang satu aplikasi GrabCar selain itu aplikasi saya hapus, satu lagi buat UBER juga sama.

Wah, jadi ngerti ya pak gimana-gimana gangguannya?

Ya itu Mas, saya sebenernya baru juga di aplikasi beginian belum genep setengah tahun. Ngerti HP bisa buat beginian ya gara-gara rame di TV-TV itu. Lha sekarang orang butuh, kita bisa sediain ya udah jalan. Kan gitu Mas. Sama yang tangkep-tangkep itu nggak ngerti lah gimana.

Itu sih kayaknya gara-gara ijin sama pajak-pajak gitu Pak.

Ya bisa jadi gitu Mas. Tapi yang dulu rame kan UBER. Lha gimana dia mau ngurusnya orang kita itungan dapet 100% meski bukan tunai langsung. Kalau GrabCar kan kita diambil tuh 20%, siapa tau itu buat tutup mulut biar gak direcokin, pajak-pajak apa itu, atau ngurus-ngurus ijin kan kita nggak tau juga Mas. Ini bingung juga buat bikin SPT. Taun kemaren belum kepikiran beginian.

Nah itu ada juga yang lucu Mas. Pernah nganterin orang Malaysia, dia juga pernah GrabCar di Malaysia. Di Malaysia nggak ada itu supir kena dipotong-potong 20%. Itu cuma di Indonesia aja. Singapura, Vietnam, Thailand juga nggak gitu-gitu amat. Kan lucu tiap negara beda-beda padahal satu manajemen.

Nggak kerasa, tau-tau udah nyampe perempatan Tendean-Mampang. Artinya obrolan ini harus segera berakhir. Ternyata memang obrolan mengenai taksi daring cukup sekian.

Nah, kira-kira dengan obrolan begitu aku bisa sedikit ngerti tricky-tricky yang ada di layanan jasa pemesanan alat transportasi online. Saya sebagai orang yang baru pertama menjadi customer layanan pemesanan transportasi online semacam GrabCar dan UBER sebenernya hanya berasumsi ada demand dan supply kalau bisa dipertemukan ya kenapa enggak? Pasar aja jadi tempat bertemunya penjual dan pembeli. Bukankah dengan online kemudian definisi pasar menjadi semakin tersamarkan?

Sangat Sibuk

Hampir dalam dua minggu terakhir, aku sama sekali tidak menyentuh tombol New Post. Tepatnya mulai sejak tanggal 11 Januari 2016. Urusan pekerjaan dan urusan perasaan (cieeehhhh) membuat aku sedikitpun tak mampu sekedar membuat catatan slentingan pikiran apapun yang seketika kadang muncul untuk dituliskan. Bukan, ini bukan pembelaan.

Pun begitu untuk seminggu kedepan, bisa jadi akan terjadi hal yang sama. Bandung, ya. Minggu depan aku hampir seminggu penuh akan berada di Bandung, tentu saja ini urusan pekerjaan (juga).

Out of topics, semalam ketika menjelang tidur aku sempat membaca tweet yang diretweet oleh nulisbuku.com sehubungan dengan buku #SuratDariPraha. Salah satu retweet yang menurutku enak untuk dibaca adalah,

Membantu Sebelum Interview

Saya sudah beberapa kali di tempat usaha melakukan interview terhadap calon karyawan. Kebanyakan calon karyawan yang saya interview adalah lulusan baru, beberapa lainnya dengan pengalaman kerja antara satu sampai dua tahun.

Pernah suatu ketika ada seorang calon karyawan menghubungi saya meminta saran beberapa hari sebelum interview. Saya hanya memberikan saran supaya berpakaian rapi, pelajari informasi sehubungan dengan perusahaan (bisa melalui website), dan tidak perlu canggung saat interview. Saat interview, dalam salah satu percakapan si calon karyawan mengutarakan yang intinya sudah berkomunikasi sebelumnya dengan saya. Kebetulan kami lakukan interview melalui conference call, sehingga tidak ada kata canggung karena tidak berhadapan muka secara langsung.

Celaka, setelah selesai sesi interview saya ‘disidang’ oleh tim karena dianggap mengarahkan dan telah memiliki preferensi terhadap calon karyawan. Sementara saya beranggapan bahwa saran saya itu pun saran yang wajar karena dimana pun itu hampir semua calon karyawan melakukan hal yang sama, termasuk yang saya lakukan saat pertama kali menjadi calon karyawan.

Meski pada akhirnya si calon karyawan yang dimaksud hanya menjadi ‘runner up’, saya masih dianggap membantu. Karena sebelum kami mencari calon karyawan baru untuk posisi yang sama pada rekrutmen berikutnya, biasanya kami menghubungi si ‘runner up’ terlebih dahulu.

3 Good Things (Tapi Hampir Lupa)

Ah, aku baru ingat. Siang tadi aku melakukan perjalanan dinas keluar kantor. Sebenernya masih dalam satu kota, ya hanya keluar kantor untuk berkunjung ke kantor orang lain. Sudah kebiasaan aku dari kantor menuju tempat lain dalam hal urusan pekerjaan lebih banyak menggunakan sarana transportasi umum, taxi. Aku selalu memberikan uang lebih dari yang tercetak di argometer taxi. Sedikitnya aku menambahkan tiga ribu rupiah atau kadang sampai tujuh ribu rupiah. Aku tak pernah tega memberikan uang pas kepada supir taxi.

Dalam kesempatan lain, aku hari ini menyampaikan titipan tiket kereta api yang telah dicetak kepada pemilik tiketnya. Ah, kupikir tadinya ini hal konyol dan tidak penting untuk kutulis. Toh juga tadi itu sekalian kebetulan aku ada urusan pekerjaan tak jauh dari tempatnya. Rupanya beliyo pemilik tiket kereta api tengah mengalami musibah setelah gagal atraksi berjalan diatas paku. Ya, kaki kirinya beberapa hari sebelumnya tanpa sengaja menginjak kayu berpaku yang terserak di pinggir jalan.

Fyuuuhhhh…. Sudah ada dua. Kurang satu lagi, yang ketiga? Aku masih memikirkan kembali dan merekonstruksi kejadian-kejadian hari ini sementara aku mengetik tulisan ini.

Aku hari ini mengajari orang lain dan menjelaskan dengan baik mengenai penggunaan dan fungsi software tertentu. Syukur, aku berhasil menjelaskan dengan baik (kayaknya sih). Jadi ceritanya sore-sore menjelang pulang (udah last minute) ada bapak-bapak yang karena urusan pekerjaan harus kutemui untuk melakukan pekerjaan kecil. Kebetulan si bapaknya memang masih agak bingung dengan versi-versi software dan apalah-apalah itu. Jadilah aku berusaha menjelaskan mengenai fungsi-fungsi software itu, meski sebenernya itu si software bukan urusanku. Tap ya sudahlah, toh juga itu sebenernya hal yang sepele, simple, dan tidak membutuhkan pengorbanan besar.

Yup, hari ini dan pertama dalam kategori ini.

Ada uang tips untuk bapak taxi, jadi kurir tiket dadakan, dan sharing knowledge.

PSMinggu, 6 Januari 2016

3-Things

Pagi tadi beberapa jam setelah aku bangun tidur aku menyempatkan diri menorehkan beberapa uneg-uneg yang ada dalam pikiran, bisa dibaca Datang dan Pergi. Menjelang siang aku membaca beberapa tulisan di internet mengenai beberapa cara untuk meningkatkan daya ingat otak. Aku sangat tertarik dengan tulisan-tulisan demikian karena dalam banyak kesempatan aku bisa menjadi orang yang benar-benar mudah lupa. Dalam salah satu tulisan yang kubaca, ada salah satunya menyarankan untuk menuliskan tiga kebaikan baru yang telah dilakukan dalam sehari, dituliskan secara rutin.

Menuliskan beberapa hal baik yang kulakukan hari ini. Aku harus berpikir cukup lama untuk mengingatnya. Aku berpikir, untuk apa menceritakan hal-hal dan perbuatan baik yang kulakukan? Kemudian merasa takut dianggap sebagai pamer. Setelah kupikir masak-masak, mungkin memang perlu dicoba. Pun kalau ada yang menilai sebagai pamer, asudahlah.

Let’s mulai… (uopoooo jal)