Candimulyo

Candimulyo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Candimulyo dengan luas sekitar 4.695 Ha terletak di sekitar lereng gunung Merbabu. Profil topografi Candimulyo berupa lereng, punggungan, dan lembah sungai muda. Jika dipetakan, Kecamatan Candimulyo terdiri dari 19 desa yaitu Candimulyo, Surojoyo, Sidomulyo, Mejing, Tembelang, Tempursari, Surodadi, Purworejo, Kebonrejo, Kembaran, Trenten, Bateh, Giyanti, Podosoko, Sonorejo, Tampir Kulon, Tampir Wetan, Tegalsari, dan Tempak. Desa Candimulyo merupakan ibu kota Kecamatan Candimulyo.

Sektor pertanian menjadi andalan utama perekonomian Candimulyo meski sebagian lahan persawahan merupakan lahan tadah udan. Tampir Wetan dan Tampir Kulon adalah dua desa yang dapat diandalkan dalam hal produksi padi karena sudah berkecukupan air dengan saluran irigasinya. Padi-padian jelas bukanlah tanaman yang dijadikan tumpuan utama di area selain Tampir Wetan dan Tampir Kulon karena kondisinya berupa lahan tadah udan. Tanaman semacam ketela, jagung, tebu, dan tanaman-tanaman yang tidak membutuhkan air banyak semacam itulah yang dapat diandalkan di sebagian besar area persawahan. Candimulyo adalah daerah dengan hasil pertanian ketela yang sangat terkenal di Magelang. Lahan perkebunan didominasi tanaman durian dan salak. Durian dari Candimulyo cukup terkenal di sekitar Magelang karena ukurannya yang besar, daging buah yang tebal, dan biji durian yang kecil. Kadar alkohol pada daging buah yang agak tinggi menyebabkan rasa agak pahit, durian jenis ini yang dicari orang ketika mencari durian di Candimulyo. Salak pondoh di daerah Candimulyo jumlahnya tidak terlalu banyak, meski rasanya lumayan tetapi masih belum bisa menandingi salak super dari daerah Srumbung dan Turi. Petani salak memilih memanen salak sebelum salak terlalu matang karena saat salak terlalu matang rasanya menjadi terlalu manis.

Hasil bumi Candimulyo sebagian dijual di luar daerah, sebagian lagi diolah menjadi makanan ringan yang dijual dalam bentuk kemasan. Khusus ketela, Candimulyo adalah spesialis Pothil. Jenis makanan ringan ini tidak ditemukan di daerah lain. Pothil hanya di produksi di Candimulyo dalam satuan industri rumah tangga kecil dengan jumlah produksi harian yang tidak terlalu banyak. Proses produksi yang tidak dapat diotomatisasi dan harus secara manual dengan tenaga manusia menyebabkan tingkat produksi tidak dapat ditingkatkan ke level yang lebih tinggi. Di beberapa tempat sudah ada yang mencoba menggunakan bantuan mesih tetapi dari segi rasa sangat berbeda dari pothil sebenarnya. Pothil yang dibuat menggunakan mesin pun harga jualnya jauh lebih murah dibandingkan pothil buatan manual dengan tangan-tangan manusia.

Selain sektor pertanian, bidang pekerjaan lain yang banyak digeluti oleh warga adalah usaha jasa transportasi dan perdagangan. Untuk masalah transportasi menuju dan dari Candimulyo bukan masalah sulit karena sudah sejak dulu jalan-jalan di Candimulyo sudah dapat diakses dengan moda transportasi angkutan umum yang ada. Meski kualitas jalannya belum terlalu bagus, setidaknya sudah layak untuk sekedar mengangkut hasil bumi ke pasar Magelang dan pasar Tegalrejo.

Pasar Magelang dan pasar Tegalrejo masih menjadi tujuan utama para pedagang dari candimulyo untuk menjual hasil bumi dan belanja kebutuhan karena Candimulyo tidak memiliki pasar besar. Di candimulyo hanya ada pasar Tegalsari, satu pasar kecil yang hanya ramai pada hari pasaran tertentu. Artinya pasar di Candimulyo hanya dibuka lima hari sekali. Tentu pasar musiman semacam ini tidak dapat diandalkan dan dijadikan tumpuan utama penggerak perekonomian Candimulyo. Pasar merupakan keperluan mendesak yang dibutuhkan oleh warga Candimulyo.

Referrer Mencurigakan Shortlink #SobatBumi

Sudah tujuh hari ini statistik website ini menunjukkan suatu keanehan. Terdapat referrers ke halaman yang saya ikutkan dalam kontes blog Pertamina Sobat Bumi yang hampir konstan sekitar angka 20 visit dari referrer bit.ly. Kecurigaan saya semakin bertamah setelah melihat statistik di http://bit.ly/Energi1+. Selama tujuh hari selalu ada visitor minimal 20 visitor per hari. Setelah saya telusuri lebih lanjut ternyata selalu terdapat 20 visitor bersumber dari satu buah alamat IP. Setiap hari selalu pada waktu yang hampir sama, hampir setiap satu jam sekali.

Hasil penelusuran saya selanjutnya menunjukkan adanya “spam bot” yang masuk melalui shortlink http://bit.ly/Energi1. Beberapa kali saya mencoba menebak “jalur” yang digunakan, hasilnya cukup sederhana. Spam bot berasal dari server cron gratisan. Server cron ini akan secara kontinyu memanggil alamat URL http://bit.ly/Energi1 setiap satu jam sekali.

Cron atau dalam halaman administrasi cronojob merupakan perintah yang akan dieksekusi oleh server secara terjadwal dan periodik. Dapat diatur periodenya hingga pada skala paling kecil satu kali per menit. Semakin sering perintah dieksekusi akan semakin membebani kinerja server sehingga beberapa server cron membatasi periode pengeksekusian tercepat pada skala satu jam sekali.

Terkadang cron yang dijalankan dapat merugikan, misal dalam kasus yang saya alami diatas, satu halaman yang dipanggil oleh server cron berukuran 300kb, halaman dipanggil sebanyak 20x sehari. Artinya bandwidth yang termakan untuk “melayani” cron saja sudah 6MB per hari. Maka dalam 30 hari sudah menghabiskan 180MB per halaman. Maka jika terdapat 10 halaman yang “terpanggil”, dalam satu hari kehabisan bandwidth 60MB dan dalam satu bulan 1,8GB hanya untuk melayani cron. Dengan harga bandwidth yang tidak murah untuk server di Indonesia maka 1,8GB bisa menghabiskan Rp 20.000,00 untuk membayar ekstra bandwidth. Dalam waktu satu tahun? Untungnya untuk server yang saya gunakan adalah server gratis yang disediakan oleh idhostinger.

Langkah yang dapat saya lakukan adalah memblokir alamat IP server cron yang memanggil halaman rujukan http://bit.ly/Energi1.

CBM dan Shale Gas, Hidrokarbon Lainnya

Istilah CBM dan shale gas bisa jadi kurang populer di kalangan masyarakat awam. CBM yang merupakan singkatan dari coal bed methane dalam penjelasan sederhana adalah gas metan yang terjebak dalam batubara. Gas metan adalah salah satu bentuk lain dari hidrokarbon yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi selayaknya natural gas (gas alam). Shale gas kondisinya mirip dengan CBM, hanya saja kondisinya terjebak pada lapisan lempung (shale) yang sangat tight di bawah permukaan bumi.

CBM dan shale gas menjadi populer di kalangan pencari hidrokarbon menjelang satu dekade terakhir ini. Para geosains berusaha mengenali ciri-ciri hidrokarbon jenis ini dengan harapan bisa banyak ditemukan dan proven. Harapannya, kedua jenis hidrokarbon ini dapat dimanfaatkan untuk melengkapi kebutuhan energi yang terus meningkat. Ya, permasalahan dunia saat ini adalah energi yang dapat dimanfaatkan belum mencukupi kebutuhan energi dunia. Alasan itulah yang menyebabkan manusia berusaha mencari bentuk-bentuk energi baru yang dapat dimanfaatkan.

Ketika saya memposisikan diri saya diluar ranah geosains, maka saya menganggap CBM dan shale gas sebagai bahan bakar gas alam. Tentu anggapan saya ini tidak salah karena kenyataannya memang keduanya memiliki bentuk gas dan langsung berasal dari alam. Memperlakukan CBM dan shale gas layaknya memperlakukan bahan bakar gas lain tentunya tidak salah.

Bila memang di Indonesia banyak ditemukan CBM dan shale gas, maka kita bersyukur karena discovery ini akan menambah jumlah cadangan energi Indonesia. Seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya mengenai ketergantungan terhadap minyak bumi, CBM dan shale gas pun pada dasarnya merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dalam skala umur manusia sehingga suatu saat pun akan habis. Terlebih lagi, baik CBM maupun shale gas tetap saja merupakan bahan bakar fosil yang tetap menghasilkan emisi gas karbon.

Hal yang perlu diperhatikan untuk Indonesia saat ini adalah kebutuhan yang sangat mendesak terhadap cadangan energi supaya Indonesia bisa keluar dari zona kritis kekurangan cadangan energi. Kalau memang CBM dan shale gas bisa dijadikan alternatif sementara untuk sumber cadangan energi baru Indonesia, ya memang seharusnya dimanfaatkan.

Tulisan berseri: Indonesia Mandiri Energi

  1. Mengurangi Ketergantungan Terhadap Minyak
  2. Solusi Menuju Indonesia Mandiri Energi
  3. Geotermal – Energi Hijau, Energi Masa Depan
  4. CBM dan Shale Gas, Hidrokarbon Lainnya

Statistik

Sebenarnya saya sedikit memperhatikan para pengunjung blog ini. Dalam artian saya sekedar memperhatikan perilaku pengunjung, bukan jumlah pengunjungnya. Saya tidak terlalu memusingkan mengenai jumlah pengunjung karena memang saya tidak mengejar pengunjung yang banyak. Melihat statistik pengunjung adalah hal yang menyenangkan. Lagi lagi bukan statistik jumlah pengunjung, melainkan perbandingan pengunjung yang datang melalui berbagai cara.

Berdasarkan sumber kedatangan (traffic source), pengunjung blog ini memiliki porsi yang hampir sama. Pengunjung dari mesin pencari sebanyak 38% dari total pengunjung. Pengunjung yang datang dari klik di website/blog lain ada sekitar 31%, dan begitu juga pengunjung yang berkunjung langsung dengan mengetikkan alamat blog ini di web browser mereka sebanyak 31%.

Berdasarkan web browser yang pengunjung gunakan, Mozilla Firefox masih mendominasi disusul dibawahnya ada Google Chrome. Firefox mendominasi lebih dari separuh pengunjung, 54% dari total pengunjung. Angkanya hampir seperti perhitungan kemenangan Jokowi dalam pilkada putaran kedua saja. Google Chrome menduduki peringkat kedua dengan perolehan 28% dari total pengunjung. Di bawahnya secara berurutan ada Opera Mini (mobile), Safari Browser, Android Browser, Internet Explorer, Opera, Mozilla, Mozilla Compatible Agent, dan ada Blackberry Browser.

Dari sisi jenis perangkat yang digunakan, pengguna desktop masih sangat mendominasi pengunjung. Pengguna desktop meraih angka 94% dari total pengunjung. Pengguna perangkat bergerak baik internet tablet maupun mobile phone hanya menguasai 6% dari total pengunjung.

Dari statistik diatas dapat diperoleh kesimpulan sederhana bahwa secara seimbang pengunjung datang dari mesin pencari, related link, dan direct browsing. Pengunjung kebanyakan menggunakan web browser Firefox. Perangkat komputer (desktop dan laptop) mendominasi sebagai jenis perangkat yang kebanyakan digunakan oleh pengunjung.

Pantai Ngobaran, Keberagaman di Pantai Selatan

Gunung Kidul cukup dikenal atas kekayaan pantai-pantai wisata yang indah di sisi Selatan. Ya, Gunung Kidul memang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia di bagian Selatan. Ombak yang cukup besar dan angin yang terkadang sangat kencang menjadi berkah tetapi tetap harus diwaspadai. Dari sederetan pantai yang membentang sepanjang bibir pantai Gunung Kidul, kompleks Pantai Ngobaran adalah salah satu pantai yang sangat berbeda dibandingkan kompleks pantai lainnya.

Ngobaran memang bukan tempat yang aman untuk bermain air laut. Namun, Ngobaran menawarkan keindahan deburan ombak dan suara hantaman ombak di tepi tebing. Bukan deburan ombak dan suaranya yang menjadi pemikat utama dari pantai ini. Keberadaan bangunan-bangunan peribadahan tepat di pinggir pantai adalah kelebihan utamanya. tentu sangat indah menikmati keindahan laut yang disandingkan dengan bangunan-bangunan dengan nilai seni tinggi.

Terdapat bangunan bercorak Hindu, Budha, Islam, Kristen, Katholik, dan bangunan Kejawen di pantai Ngobaran. Sementara masih dalam proses perencanaan pembangunan yaitu Klenteng. Seluruh bangunan yang saling berdampingan ini merefleksikan keberagaman agama dan kepercayaan di Indonesia dan keharmonisan dalam berinteraksi. Salah satu yang unik di Ngobaran adalah arah kiblat tempat peribadatan Islam menghadap arah Selatan. Tentu bukan berarti saat beribadah kiblatnya ke Selatan. Seluruh bangunan dibangun tepat di bibir pantai. Bahkan terdapat tempat peribadahan umat Hindu yang berada di ketinggian tepat di atas tebing.

Kalau mengidentikkan wisata pantai dengan pasir dan bermain air laut, tentu saja Ngobaran bukan pilihan. Turis tidak perlu merasa kecewa, tepat di samping pantai Ngobaran terdapat pantai kecil yang cukup aman untuk bermain air. Tak sampai berjarak kilometer, cukup melangkahkan kaki sejauh kira-kira 200 m terdapat pantai berpasir putih yang dapat dijadikan area bermain air laut. Tentu saja pantai ini merupakan obat yang menutupi kekecewaan atas kekurangan dari pantai Ngobaran. Karena jarak yang sedemikian dekat dari pantai Ngobaran, wisatawan banyak yang menganggap pantai ini masih dalam kompleks pantai Ngobaran.

Urusan kuliner, di pantai Ngobaran sudah terdapat warung-warung kecil yang dikelola warga sekitar Ngobaran. Bila tak puas, di sebelah pantai Ngobaran terdapat pantai Ngrenehan. Pantai Ngrenehan merupakan tempat pelelangan ikan bagi para nelayan yang baru saja pulang melaut, dan tentu saja terdapat warung-warung kecil yang menyajikan hasil olahan ikan segar.

Jika dihitung, terdapat tiga pantai yang saling berdekatan di sekitar Ngobaran. Ketiga pantai ini saling melengkapi dengan daya tarik utamanya adalah pantai Ngobaran. Pantai Ngobaran menyajikan filosofi keharmonisan dan keberagaman hidup di Indonesia dalam beragama dan menganut kepercayaan. Selain keindahan arsitektur bangunan peribadahan, tentu saja urusan wisata pantai tetap bisa dihadirkan di kompleks pantai Ngobaran. Bermain air bisa, kuliner bisa, dan obyek untuk potret eksotik banyak.