Posting ini sekedar menjawab pertanyaan adik kelas SMA saya yang bertanya mengenai kelanjutan studi di jenjang perguruan tinggi, dia bingung mau masuk program studi apa, jurusan apa, dan lebih jauh lagi universitas mana. Ah kebetulan sekali, sisan diikutkan aja di lomba blog UII. Bener kan prinsip saya, idealisme yang baik itu mbanyu mili, menyesuaikan kondisi dan case study.
Ngomong-ngomong masalah idealisme, ideal tak boleh lepas dari realita. Boleh saja membuat parameter ideal mengenai segala sesuatu tetapi ketika berbenturan dengan realita seseorang wajib ain untuk menyesuaikan idealismenya. Termasuk mengenai perguruan tinggi idaman di Indonesia ini.
Perguruan tinggi ideal di Indonesia tidak sama dengan perguruan tinggi favorit Indonesia dan tidak sama dengan perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Membuat kriteria perguruan tinggi itu ideal, tetapi kondisi perguruan tinggi favorit dan perguruan tinggi terbaik itu realitas, ideal itu kualitas sedangkan favorit dan terbaik itu kuantitas, tidak dapat dijumlahkan, seperti halnya gula dengan garam. A ditambah B bukan AB, bukan 2A, juga bukan 2B karena A tidak sama dengan B. Anda tidak dapat menjumlahkan tetapi mencampur keduanya dengan takaran yang tepat bisa menjadi oralit, obat mencret yang sangat manjur. Memilih universitas itu seperti membuat obat mencret itu.
Tapi membicarakan idealitas memang tak lepas dari idealitas-nya publik karena sadar-tidak sadar dan senang-tidak senang idealitas seseorang dipengaruhi oleh opini publik. Ini bagaimana memilih perguruan tinggi. Step by step dan berupa langkah-langkah sederhana, insyaallah manjur untuk obat mencret.
Yang pertama adalah membuat kriteria ideal dulu dengan mengumpulkan beberapa realita. Kalau parameter yang banyak dipakai kira-kira seperti ini: Mau jadi apa sih saya, apa background sekolah saya, bagaimana orangtua saya, dimana tempat tinggal saya, dan segala sesuatu yang menjadi idealitas diri masing-masing. Anda berhak untuk berbeda bahkan bertentangan. Lebih baik lagi kalau itu keluar dari pemikiran anda sendiri. Itulah idealisme anda mengenai perguruan tinggi.
Selanjutnya menuju alam realita, informasi. Cari informasi mengenai institut, sekolah tinggi, perguruan tinggi, universitas sesuai dengan kriteria ideal. Sebaiknya abaikkan mengenai pandangan orang lain, mengenai opini publik. Hidup anda, andalah yang mengatur, bukan publik yang mengatur. Katakanlah anda di Magelang dan ingin kuliah di dekat-dekat saja. Pilih universitas sesuai tempat yang anda inginkan. Katakanlah anda ini waktu SMA dari Ilmu Sosial anda ingin memperdalam Ekonomi tetapi pada basis Islam, cari universitas yang punya fakultas/jurusan/studi sesuai yang anda inginkan misalnya di Program Studi Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia. Kalau masalah biaya ternyata orangtua anda rasanya kurang mampu, cari universitas yang menyediakan banyak beasiswa. Kalau anda punya idealisme setelah lulus mau menjalani profesi tertentu cari universitas yang memiliki alumni sebagai praktisi di bidang yang anda inginkan.
Bagaimana mendapatkan informasi sebanyak itu? Anda bisa tanya ke kakak tingkat anda yang kuliah di universitas, dan pastikan jangan hanya bertanya pada satu orang agar informasi yang anda peroleh valid dan lebih komprehensif. Dari pencarian informasi ke mahasiswa, andapun bisa memperoleh kriteria tambahan bagaimana perilaku mahasiswa yang sedang menempuh studi di universitas tertentu. Kalau perlu tanya ke universitasnya langsung sehingga anda juga tau bagaimana sense and responsibility universitas yang anda tanya.
Ketika ternyata tidak ada yang memenuhi kriteria ideal anda maka andalah yang harus menyesuaikan, inilah yang namanya fleksibilitas dan case study anda dalam menghadapi realita sehingga idealitas anda dapat dipertemukan dengan realitas. Itu yang namanya mbanyu mili. Dengan begitu anda sudah bisa membuat obat mencret. Anda mendapatkan perguruan tinggi favorit sekaligus perguruan tinggi terbaik dengan parameter idealitas oralit tadi.