Lebaran. Sebagai seorang Jawa kampung yang berasal dari daerah sekitar Jawa bagian tengah, lebaran saya diisi dengan saling silaturahim dan silaturahmi. Hari pertama lebaran pun saya seharian berkeliling dalam satu kampung masuk dari satu rumah ke rumah lain untuk sungkem (bentuk rasa hormat – JW) ke rumah para orang yang dituakan dan lebih tua di kampung. Setiap tahun tradisi di kampung selalu seperti itu. Dalam beberapa kunjungan, saya bertemu dengan teman seusia di kampung yang juga sesama perantau dan belakangan baru saya tahu bahwa tempat perantauannya pun sama, Jakarta.
Hari kedua lebaran, saya mulai keluar kandang. Sowan (berkunjung – JW) ke rumah-rumah saudara yang tinggalnya beda kampung, masih dalam satu kecamatan. Terhitung ada empat kampung yang saya kunjungi y.i Ngowah, Kragilan, Karen, dan Surojoyo yang semuanya masih di satu kecamatan Candimulyo. Rumah-rumah yang dikunjungi kebanyakan adalah rumah dari saudara kandung (kakak atau adik) dari kakek-nenek saya.
Hari ketiga lebaran, saya berkunjung ke dua tempat di Borobudur. Berkunjung ke saudara dari ayah saya. Pakdhe saya yang tinggal di Tanjungsari dan Bogowanti. Jalan menuju Borobudur cukup sesak pada liburan lebaran hari ketiga, wajar saja karena biasanya para pemudik dari luar kota di sekitar Magelang dan Jogjakarta memilih wisata ke Candi Borobudur, candi yang sampai saat ini masih menjadi candi terbesar di Magelang.
Hari keempat, saya mengisinya dengan banyak-banyak istirahat di rumah karena cukup kelelahan sejak mudik hari Rabu pada minggu sebelumnya. Selain itu juga ada kabar bahwa beberapa rombongan keluarga yang akan berkunjung ke rumah orang tua saya, sehingga saya merasa perlu untuk ikut mempersiapkan apa-apa yang diperlukan seisi rumah.
Hari kelima, saya mulai memisahkan diri dari ‘rombongan’ keluarga. Saya berkunjung ke rumah beberapa teman SMP dan SMA. Tidak terlalu banyak yang mendapatkan jatah kunjungan saya. Terlebih beberapa diantaranya sedang ada acara pertemuan keluarga, sowan mertua, sudah masuk kerja, bahkan ada yang sedang didandani untuk pentas seni jathilan. Ada suatu kebetulan, saya dipertemukan dengan teman SMP setelah selesai sholat dhuhur jamaah di masjid. Seorang teman saya jualan bakso keliling (menggunakan kerombong bersepedamotor) ternyata sama-sama menjadi makmum. Jadilah masjid sebagai tempat bertemunya beberapa teman SMP yang sudah sekian lama (hampir 8 tahun) belum pernah bertemu kembali.
Tuhan tengah menampar saya. Saya dihadapkan dengan seorang teman seumuran yang dengan pekerjaan yang dia senangi (secara materi sederhana) sudah membuatnya merasa cukup dan mampu menjalaninya dengan bahagia. Sedangkan saya masih mengejar ketidakpuasan akademis serta materi yang tak pernah ada habisnya, itu pun selama ini masih kurang bersyukur.
Melanjutkan cerita, hari keenam saya diisi dengan berkunjung ke rumah teman Mblumbang. Grup Mblumbang hanyalah sekelompok kecil orang dari berbagai latar belakang yang kebetulan selama hidup di Jogjakarta sering berkumpul. Bersyukur, sampai saat ini komunikasi diantara kami masih terjaga dengan sangat baik. Tahun-tahun sebelumnya kami sempat berkeliling ke setiap rumah masing-masing, tetapi untuk tahun ini keterbatasan waktu dan gandengan tidak memungkinkan bagi kami untuk melakukan hal yang sama. Dipilihlah satu tempat berkumpul untuk pertemuan. Selalu ada cerita dari masing-masing untuk dibagikan diantara kami, bahkan cerita untuk sekedar kami tertawakan. Kami juga sekaligus berkunjung ke salah satu guru Matematika sekolah, kebetulan juga beliau adalah wali kelas saya saat kelas 2 SMA di Magelang.
Hari ketujuh saya ke Jogjakarta, ke rumah calon mertua (amiiiinnnnn) sekaligus mboyong anaknya untuk saya bawa pulang kerumah. Semenjak saya ke Jakarta, pertemuannya dengan kedua orang tua saya cukup minim. Bahkan lebaran tahun lalu tidak sempat ke rumah. Makanya untuk tahun ini sudah nembung (minta – JW) pokoknya harus ke rumah ketemu ayah-ibu saya. Setelah ke rumah saya, dilanjutkan ke rumah teman-teman di Magelang (juga teman saya, grup Mblumbang) dan dilanjutkan wisata ke candi Selogriyo.
Hari kedelapan saya lebaran diisi dengan kopdar syawalan teman-teman Blogger Magelang (pendekartidar) yang selanjutnya isinya orang yang sama dengan teman-teman RTIK Magelang. Adalah Mas Hanafi yang kebagian kepanggon (ditempati – JW) rumahnya sebagai tempat pertemuan. Beberapa yang hadir adalah Mas Nanang beserta Si Ponang, Kokoh Achmad, Ariev, saya, Andri, dan tentu saja tak ketinggalan seleb blog kebanggaan wong Magelang, Gusmul – Agus Mulyadi. Pertemuan kali ini bagi saya adalah pertemuan yang istimewa karena sudah hampir genap dua tahun (semenjak saya merantau ke Jakarta) saya belum pernah bertemu kembali dengan mereka secara bersamaan (kopdar – red).
Hari-hari berlangsung begitu cepat, Minggu pagi saya sudah berangkat kembali ke Jakarta. Artinya, hari Sabtu saya harus mempersiapkan segala hal dan packing untuk saya bawa. Meski barang bawaan saya hanya satu tas ransel kecil, tetapi cerita dan berbagai wejangan – hikmah yang turut serta terbawa ke Jakarta sepertinya terlampau banyak.
Sesampai di Jakarta hari Minggu sore, tidak terlalu banyak aktifitas. Hari Senin saya sudah masuk kantor. Ritme kampung halaman masih terbawa ke Jakarta, semoga hasil kalibrasi sebagai manusia di kampung halaman bisa terbawa di Jakarta.