Labu Hijau, OS Rakus Memori

Samsung Galaxy Ace
Samsung Galaxy Ace

Saya masih ingat ketika pertama kali memegang ponsel Samsung Galaxy Ace (versi pertama) dengan RAM 278MB dan memori internal tak lebih dari 200MB merupakan sesuatu yang istimewa pada waktu itu karena spesifikasinya masih cukup superior untuk ponsel kelas menengah. Belum lama membeli Ace yang saat itu masih dengan OS Android Gingerbread 2.3, sudah muncul update OS versi 2.3.3 yang ternyata cukup menghabiskan memori internal. Sampai terakhirnya update ke versi Android 2.3.4 semakin sedikit tersisa memori untuk install aplikasi. Kejadian dari awal pembelian sampai kehabisan memori internal itu pun berlangsung cukup cepat, tak lebih dari setahun.

Selanjutnya ganti ke Ponsel Sony Xperia C, yang saat itu sudah dibekali dengan Android versi 4.2.2, RAM 1 GB dan 4GB memori internal tetapi hanya dapat digunakan sekitar 1 GB untuk aplikasi. Baru beberapa saat menggunakan, muncul update baru yang juga dibarengi dengan update aplikasi-aplikasi bawaannya. Selanjutnya ditambah dengan aplikasi yang didownload dari Store yang juga semakin membesar ukurannya, kini memori yang tersisa tak lebih dari 50MB yang sudah tidak bisa diinstall aplikasi tambahan lagi dan ditambah keharusan rajin-rajin membersihkan memori internal. Semua terjadi begitu cepat dalam waktu kurang dari satu tahun, sama seperti ponsel sebelumnya.

Selanjutnya berganti ke Android tablet flagship-nya Samsung, Samsung Galaxy Tab S 8.4” yang dari sisi spesifikasi jelas sangat mumpuni sampai saat ini. Dibekali memori internal 16GB, available untuk aplikasi sekitar 10GB. Dari sisi sistem android, ketika nanti ada update kemungkinan masih mencukupi untuk diupdate ke versi selanjutnya (sudah dirilis untuk android 5.0.1, tetapi belum ada untuk Indonesia). Meski cukup untuk update sistem, tetapi perkembangan ukuran aplikasi tambahan di Store cukup tidak mengenakkan. Dalam waktu kurang dari 5 bulan dengan pemakaian normal dan file multimedia saya simpan di memori eksternal, disk space internal yang tersisa tak lebih dari 1,2 GB dari yang tadinya masih tersisa sekitar 5 GB dengan kondisi aplikasi yang terinstall masih sama. Dengan asumsi penggunaan memori untuk menyimpan data aplikasi mencapai 75% dari konsumsi memori, berarti dalam waktu tak lebih dari 6 bulan perkembangan kebutuhan memorinya meningkat 0,95 GB. Dalam waktu satu tahun, tablet saya hanya akan menyisakan 250MB memori internal.

Dari tiga kasus tersebut, apabila pembelian ponsel android orang Indonesia rata-rata dua tahun satu kali, maka setelah satu tahun kemungkinan pemilik ponsel sudah tidak bisa mengikuti update fitur-fitur android yang baru yang diberikan oleh vendor dan penyedia aplikasi untuk ponselnya. Ponsel android akan menjadi barang yang ketinggalan teknologi dalam waktu paling lama satu tahun. Android update yang cepat dengan kebutuhan memori yang semakin besar membuat ponsel Android saya menjadi outdated dalam waktu kurang dari satu tahun.

Bandingkan saja perubahannya dengan iOS yang meski hanya dibekali memori internal tanpa memori tambahan masih mendapatkan update sampai ke versi terbaru, bahkan untuk device yang dirilis tiga tahun yang lalu. Atau bandingkan dengan Windows yang dari masa-masa kejayaan Nokia Lumia 510 untuk segmen low end sampai sekarang masih mendapatkan update, dari sejak Windows 8 Amber sampai 8.1 Denim (Amber, Black, Cyan, Denim) dan sebentar lagi akan mendapatkan Windows 10.

Author: Muh.Ahsan

Geoscience application specialist, technical evangelist, music lover, movie buff, and active blogger.

Tinggalkan Tanggapan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.