Genap 64 tahun Indonesia merdeka, makin banyak tantangan yang harus dihadapi Bangsa Indonesia. Walau tantangan makin banyak dan bermacam-macam, tapi selalu ada optimisme dari bangsa Indonesia. Seperti yang diungkapkan Seniman Nasional Iwan Fals lewat lirik lagunya, “tunjukkan pada dunia bahwa kita bisa”. Bisa apa?
Kita bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi. Sebagaimana yang telah diberitakan media internasional, Indonesia termasuk negara paling kuat dalam menghadapi kemelut perekonomian global yang melanda negara-negara di dunia dalam tiga tahun terakhir. Disaat negara-negara besar sekelas Amerika Serikat, Cina, Perancis, dan Inggris mengalami kemunduran ekonomi dan devisit ekonomi, Indonesia masih saja dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil tiap tahun. Artinya Indonesia masih terus melaju, tidak berhenti, apalagi mundur. Tak bisa dikatakan Indonesia ini negara miskin, lihat berapa banyak orang memiliki mobil baru setiap bulannya, lihat berapa banyak bangunan-bangunan megah dibangun setiap tahunnya. Dibalik parameter-parameter yang diungkapkan pemerintah lihat sisi lain yang disembunyikan. Lihat berapa banyak anak-anak yang busung lapar, lihat berapa anak yang hidup di jalanan, lihat berapa orang yang tidur di kolong jembatan. Selayaknya kesenjangan ekonomi dalam diri bangsa ini dikurangi.
Kita bisa maju di bidang pendidikan. Pendidikan dasar 9 tahun sudah menjadi barang gratis persembahan pemerintah. Fasilitas pendidikan di kota-kota semaikin mantap, semakin lengkap menunjukkan perhatian besar pemerintah di bidang pendidikan sebagaimana dititahkan dalam Pembukaan UUD 1945 “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sedikit jalan-jalan di pedesaan dan beberapa daerah terpencil ternyata fasilitas pendidikan jauh berbeda dari yang bisa dilihat di kota, bahkan ada sebuah wilayah luas yang sama sekali tidak memiliki institusi pendidikan setingkat SMP. Ironis jika pemahaman pemerintah tentang bangsa hanya wilayah-wilayah kota saja. Disini dibutuhkan peran serta masyarakat dan lembaga non-pemerintah untuk rewang bahu membahu ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Dimisalkan peran serta komunitas-komunitas blogger dalam tema Bloggers for Bangsari atau Perpus Warga Ngampon, peran serta Lembaga Swadaya Masyarakat memberikan advokasi kepada masyarakat-masyarakat di pelosok-pelosok desa yang belum makan garam pendidikan.
Kita bisa maju di bidang teknologi dan komunikasi. Kontes-kontes robot makin banyak di Indonesia, juara-juara olimpiade ilmu pengetahuan sedunia makin banyak berasal dari Indonesia. Sebenarnya robot yang dibutuhkan di Indonesia bukan robot gedheg berdasi yang hanya bisa joget dan menghabiskan banyak anggaran, yang dibutuhkan robot-robot beretika yang bisa ikut berperan serta memajukan bangsa ini. Beberapa bulan sebelum hari ini, Broadband Wireless Access diluncurkan oleh pemerintah, tender-tender BWA sudah ditunjuk sebagai pionir implementasi BWA. Implementasi yang hanya di kota-kota besar lagi-lagi menambah model kesenjangan dan anggapan bahwa yang disebut Bangsa Indonesia hanyalah masyarakat perkotaan. Jika menilik pertemuan antara komunitas cyber dan pemda di sebuah kabupaten/kota yang katanya cyber city, pihak kominfo sebagai tangan panjang dari pemerintah enggan mengimplementasikan infrastruktur telekomunikasi dengan alasan masyarakat belum siap, sebuah alasan klasik dan di mana-mana ada. Sudah menjadi sifat dasar bahwa masyarakat butuh stimulus untuk bangkit dan maju. Dengan adanya infrastruktur yang diimplementasikan masyarakat makin mudah belajar (untuk siap) karena memang difasilitasi. Lucu jika orang yang sedikitpun tidak kenal komputer dipaksa bayar internet.
Membangkitkan semangat Bhineka Tunggal Ika bukan hal mudah dan tidak hanya tugas pemerintah. Bomberman di Mega Kuningan adalah bagian dari Bangsa Indonesia, gerakan-gerakan separatis di berbagai daerah adalah bagian dari Bangsa Indonesia. Perang antar suku adalah bagian dari Bangsa Indonesia. Bagian yang perlu mendapatkan perhatian dengan porsi lebih dari seluruh elemen bangsa ini. Termasuk anda….