Idul Qurban merupakan hari-hari yang istimewa bagi umat Islam, terlebih yang sudah diberi kesempatan melaksanakan ibadah haji (bukan naik haji). Dalam Idul Qurban tentunya masih tak lepas dari menyembelih hewan Qurban. Biasanya kalau ketemu orang atau tetangga kampung pasti ditanya, “kampungmu nyembelih berapa?”. Selanjutnya muncul rasa “jumowo” kalau di kampungnya nyembelih puluhan sapi dan ratusan kambing. Ada sesuatu yang bisa dibanggakan atas kampungnya.
Mengenai sembelih-sembelihan, tentu tak lepas dari cerita sejarahnya Ibrahim dan Ismail. Ibrahim yang diberi mandat untuk nyembelih Ismail. Untung saja Ismail itu anak yang Sholeh, manut sama bapaknya. Untung lagi karena mereka hidup pada jamannya, bukan jaman sekarang.
Kalau Ismail adalah pemuda jaman sekarang maka tentu saja justru malah mengira bapaknya wis edan. Tak cukup menganggap edan, lantas Ismail lapor ke polisi mengenai rencana penyembelihan atas dirinya. Pasti segera Ibrahim “diamankan”.
Itu cerita kalau Ismail seorang pemuda trendsetter jaman sekarang. Nah kalau Ismail memang bener-bener nurut sama bapaknya, tapi mereka hidup di jaman sekarang pasti beda lagi, meski ujung-ujungnya sama. Ketika Ibrahim sharing ke Ismail mengenai rencana penyembelihan itu maka Ismail manut, “nggih pak kula nderek panjenengan mawon”.
Dalam perjalanan menuju TKP untuk “penyembelihan” mereka kepergok tetangga dan ditanya, “Pak Brahim, mau kemana kok bawa pisau segede itu?”. Ibrahim pun menjawab, “Ini mas Samidi, mau nyembelih Ismail”. Begitu mendengar Ibrahim mau menyembelih Ismail maka mas Samidi langsung membunyikan alarm darurat dan segera tetangga-tetangga mengamankan Ismail dan Ibrahim. Selanjutnya, Ibrahim pun dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
Sekalipun Ibrahim sudah bilang kalau rencananya itu beneran disetujui oleh Ismail dan itu sudah perintah dari Allah, tetap saja polisi tidak akan melepaskan Ibrahim karena polisi tidak punya bukti fisik sebagai jaminan bahwa itu perintah Allah.