Tutur Tinular dengan episode-nya Pedang Naga Puspa pernah menjadi salah satu film kolosal Indonesia yang berjaya di tahun 1989. Tutur Tinular menceritakan Arya Dwipangga seorang yang senang olah sastra, adiknya Arya Kamandanu senang bersilat. Pacar Kamandanu direbut oleh Dwipangga. Ia lari dan diperangkap masuk gua ahli senjata Empu Ranubaya dan dijadikan murid.
Ranubaya adalah kawan seperguruan Empu Hanggareksa, ayah Kamandanu. Tetapi dua empu ini bertolak belakang dalam sikap. Hanggareksa mengabdi raja Singasari, Kartanegara, Ranubaya tidak mau. Kertanegara kedatangan utusan Kubilai Khan dari Mongolia yang ingin menjalin hubungan damai. Tawaran itu ditampik. Utusan Mongolia kecewa dan pulang sambil menculik Empu Ranubaya.
Di Mongolia Empu Ranubaya sangat diperhatikan Kubilai Khan, dan membuat cemburu perwira tinggi lain. Mereka merencanakan melenyapkan Empu Ranubaya. Untung ada kelompok lain yang menyelamatkan Empu Ranubaya dan pedangnya, yaitu Lou dan istrinya Mei Shin, yang kemudian disuruh membawa pedang itu dan terdampar di Jawa. Pedang lalu diperebutkan para pendekar kerajaan Kediri yang baru saja dibangun menggantikan Singasari. Lou dan Mei Shin dibantu oleh Kamandanu. Lou meninggal. Mei Shin berniat balas dendam.
Tutur Tinular kini kembali hadir tetapi dengan format berbeda, bukan lagi sebuah film drama kolosal yang digawangi sutradara terkenal. Rumah Pelangi mengangkat tema Tutur Tinular dalam rangkaian acara Tlatah Bocah #4. Menurut Gunawan yang menggawangi Rumah Pelangi, Tutur Tinular, Tuturing Ati Tinular Ing Pakarti diambil sebagai nama acara Tlatah Bocah tahun ini sebagai lanjutan Tlatah Bocah tahun lalu yang membawa tema Bocah Dudu Dolanan, Bocah Kudu Dolan. Dari pertama kali Tlatah Bocah diadakan sudah direncanakan mengenai tema-tema yang diangkat di Tlatah Bocah selanjutnya selama lima tahun, dalam penjabarannya lebih lanjut Gunawan menggunakan istilah repelita untuk serangkaian acara yang sudah terpikirkan untuk Tlatah Bocah hingga pelaksanaan ke-lima.
Dalam konsepnya meski tidak secara detail menjelaskannya. Secara umum Tlatah Bocah tahun ini diisi dengan rangkaian acara penuh dongeng-mendongeng (pituturan) dan pentas seni yang kesemuanya melibatkan anak-anak. Rangkaian acara diisi dengan workshop dongeng, sarasehan, festival seni tradisi, pasar seni, workshop sablon, dan pemutaran film.
Membicarakan papat keblat limo pancer rasanya kurang jika tidak menyebutkan Merbabu dan Tidar. Ditanya mengenai keabsenan kedua lereng gunung itu, Gunawan menjelaskan secara teknis terlalu berat untuk menjalankan secara penuh jika ditambah dua lereng gunung tersebut, mungkin untuk tahun-tahun depan. Bahkan untuk tiga lereng gunung (Merapi, Sumbing, Menoreh –red) saja sudah agak repot saking banyaknya permintaan dari teman-teman di sekitaran tiga lereng gunung itu untuk dijadikan sebagai host. “Teman-teman sudah ngedan semangatnya”, begitu kata Gunawan.
Beberapa permintaan dari teman-teman di sekitar papat keblat limo pancer terpaksa harus ditangguhkan untuk tahun depan, “ben tambah ngedan disik”, canda Gunawan di sela-sela pembicaraan kami.
Dalam hal kreatifitas, Purnomo yang juga partisipan di Rumah Pelangi menggambarkan kreatifitas anak-anak jauh melebihi kreatiftias orang dewasa dengan mengibaratkan lewat pensil. Pensil di mata orang dewasa ya hanya buat nulis, paling pol ya cuma buat uthik-uthik upil. Tapi dalam imajinasi anak, sebuah pensil bisa menjadi pesawat terbang, mobil, kapal selam, juga bisa jadi senjata api.
Jadi, sampeyan mau ikut meramaikan?