Setelah menunggu cukup lama (mengumpulkan uang) akhirnya terbeli juga Development Board Arduino 2560 ADK meski pada kenyataannya harus “ngreceh“. Arduino adalah salah satu Development Board Platform yang sifatnya Open Source. Siapa saja boleh memanfaatkan dan mengembangkan source Arduino.
Kalau mendengar software Open Source mungkin sudah mulai menjadi hal biasa, namun bisa jadi beberapa orang baru tahu dan mendengar bahwa ada juga Open Source Hardware. Arduino adalah salah satunya. Sebenarnya sudah lumayan banyak development board yang ada di pasar-pasar online Indonesia. Namun sepengetahuan saya kebanyakan yang stock-nya lumayan banyak adalah Arduino UNO (kalau dulu Duemilanove) atau yang lebih gede lagi ada Arduino Mega 2560 (tanpa ADK).
Saya memilih Arduino Mega 2560 ADK karena memang kebutuhan memori yang besar (256kb), jumlah port analog yang banyak (ada 16 port), jumlah port serial ada 4 buah. Sebenarnya menggunakan Arduino Mega 2560 sudah cukup, namun karena saya lumayan tertarik dalam pengembangan aplikasi Android maka sekalian saja saya beli Arduino Mega 2560 ADK yang sudah ada port USB host untuk disambungkan ke device berbasis Android.
Sebagai langkah awal, development board ini saya gunakan terlebih dahulu untuk membuat instrumentasi geofisika berupa sistem akuisisi TDEM (Time Domain Electromagnetic) dan IP (Induced Polarization). Keduanya hampir sama hanya saja sistem sensornya yang berbeda dan sampling time-nya juga berbeda sangat jauh. Sistem sensor untuk saat ini harus dibuat sendiri karena memang berbeda dengan sensor-sensor “umum” yang ada di pasar bebas.