Ada yang pernah denger? Aku boleh saja skeptis menggeneralisir pemuda masakini yang seumuran denganku kurang mengenal Darmagandhul, atau malah baru dengar pertama kali. Kecuali beberapa yang menikmati karya sastra Nusantara, terutama sastra Jawa.
Kenapa aku tertarik dengan karya sastra Jawa? Kenapa Darmagandhul?
Jauh sebelum aku pindah ke Jogjakarta (dan sekarang di Jakarta), semasa aku sekolah SMP aku mulai iseng mengobrak-abrik rak buku ayahku di rumah. Yah, kebanyakan memang buku-buku keagamaan dan buku-buku gerakan reformasi semacam tulisan-tulisan Gus Dur dan Amien Rais. Diantara tatanan buku di rak, ada buku berjudul Majapahit (lupa karya siapa). Waktu itu aku sama sekali tidak tertarik untuk membacanya.
Setelah masuk SMA, justru aku mulai melirik buku Majapahit. Tadinya kupikir buku itu berisi cerita-cerita tentang kejayaan Majapahit atau hasil penelitian sejarah. Ternyata isinya kumpulan prosa sastrawan pada masa Majapahit. Kemudian ketertarikanku terhenti begitu saja, lha piye. Tulisannya dalam basa Jawa kuno atau basa Kawi.
Sementara itu sebenernya aku juga penasaran bagaimana prosesnya ayahku bisa “khilaf” sampai terselip buku Majapahit diantara buku-buku keagamaan. Usut diusut, ternyata buku itu sebenernya punya mbah kakung. Ah pantes saja, mengingat memang di rumah mbah kakung banyak sekali buku-buku serupa. Salah satunya kitab Betaljemur Ada Makna (aku lupa tulisannya bagaimana). Bagi yang pernah mendengarnya pasti akan disangkut-pautkan dengan nomor togel, judi toto gelap, tafsir mimpi togel, atau nomer keberuntungan. Nyatanya, bukut Betaljemur Ada Makna menjabarkan mengenai larangan-larangan, peruntungan-peruntungan, dan adat-adat kebiasaan yang merupakan hasil penelitian (tentu saja penelitian pada masanya). Sederhananya dari ngelmu titen (niteni, mengamati kebiasaan) yang dalam bahasa lebih modern semacam metode survey statistik.
Kembali lagi ke pertanyaan, kenapa Darmagandhul?
Kemaren aku malem mingguan visit ke Gramedia Pejaten Village untuk cari-cari buku bacaan. Pasalnya, enam hari kedepan (mulai hari Minggu sampai Jumat) aku akan berada di Bandung untuk dinas urusan kantor. Nah, karenanya aku merasa perlu membawa bekal untuk mengisi sela-sela waktu. Pilihanku jatuh ke Darmagandhul karena kupkir dari judulnya saja DARMA = kebenaran, GANDHUL = menggantung.
Kebenaran yang tidak tuntas, Kebenaran yang meragukan.
Ya, hanya karena itu saja, sesederhana itu.
Isinya? Aku belum baca Bung.