Membandingkan Boot OS

Selama bulan Oktober kemaren setidaknya ada dua Sistem Operasi komputer yang launching versi baru. Ubuntu dengan versinya 9.10 (Karmic Koala) pas tanggal 29 Oktober 2009, dan selang seminggu sebelumnya Microsoft mengeluarkan Windows7 tanggal 22 Oktober 2009. Posting kali ini tentang perbandingan Start Up dan Shut Down time dua Operating System tersebut. Sebagai pembanding saya sertakan untuk WindowsXP. Semua menggunakan Laptop yang sama Compaq 515.

Uji coba dilakukan berulang dua kali untuk masing-masing OS. Ubuntu 9.10 (AMD64) saya unduh dari Repo UGM, Windows7 (Ultimate) saya unduh resmi dari Microsoft setelah mbayar lebih dari 300USD untuk satu lisensi (larang tenan), kemudian Windows XP (Pro 32bit build 2600) BOX dapat dari temen saya gara-gara yang punya udah ada Windows Vista OEM, suruh beli aku bilang ngutang sik. Perhitungan ini adalah perhitungan menggunakan jam dinding (untuk detail sampai milisekon saya tidak menghitung). Berikut ini hasilnya:

PARAMETER

Ubuntu 9.10

Windows7 Ultimate 64

Windows XP Pro 32

Start Up

44 detik

40 detik

35 detik

Mozilla Firefox 3.5

3 detik

4 detik

3 detik

Shut Down

8 detik

11 detik

10 detik

Hasil ini tentunya bisa berbeda tergantung dengan sistem komputer yang anda pakai. Dari dua perbandingan ini, terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara Ubuntu 9.10 dengan Windows7. Tergantung pilihan dan rasa saja. Selain itu tentunya Ubuntu 9.10 lebih menarik karena Open Sources dan lebih menantang bagi yang memiliki rasa penasaran tinggi. Tetapi Windows7 juga menarik untuk yang sebelumnya sudah memakai Windows XP atau Windows Vista.

Tiga boot OS sekaligus? Gak masalah selama ruang harddisk anda memiliki banyak sisa dan yang penting lagi, uang anda cukup buat beli lisensi untuk OS yang berbayar. Iya to?

Laptop Bukan Workstation

Notebook is mobile PC dan berjalan. Paling cocok ya *****. Konyol kalo beli notebook buat game atau spek2 tinggi. Dah bisa beli PC High-End + *****.

Begitu yang saya baca pada selebaran promosi salah satu stand pas ada pameran komputer kemaren. Memang benar apa yang ditulis itu. Pada dasarnya kita dan kebanyakan orang beli notebook atau juga disebut laptop memilih karena mobile-nya, bisa dibawa kemana-mana. Dengan harga yang sama, PC Desktop sudah memiliki kemampuan jauh di atas notebook. Jadi kenapa masih beli notebook mahal? Buat bermain game? Editing movie?

Kalau untuk bermain game, anda mungkin lebih memilih PC Desktop daripada mobile PC. Seberapa sering anda bermain game β€œkeluar rumah”. Di kampus anda bermain game pakai laptop anda? Ndobos, saya pastikan anda membawa laptop ke kampus untuk internet (saya tahu juga anda miskin bandwith), paling banter office programs plus presentasi yang anda gunakan. Itu tak perlu biaya mahal dan laptop spesifikasi tinggi.

Perjalanan ke kantor yang butuh waktu lama di jalan, anda bermain game? Ndobos, paling anda mempersiapkan file-file presentasi buat meeting, buat dikasih bos atau anakbuah. Kan itu yang dipakai paling sekedar preview presentasi, atau bahkan sekedar kopi paste dari partisi ke partisi lain atau ke fllashdisk.

Kopdar komunitas kalau anda bawa laptop buat main game? Ndobos lagi, paling pamer distro linux terbaru, atau pamer windows bajakan terbaru, pol mentok pamer keahlian anda dalam utak atik software, atau bahkan sekedar sharing file foto atau video bokep. Itu tak perlu laptop spesifikasi tinggi juga.

Lantas buat apa beli notebook mahal? Kepuasan (mungkin). Dengan notebook mahal dan super canggih bisa puas dan senang saat pamer di depan teman-teman atau kolega kerja anda yang memakai laptop jadul, atau malah gak punya laptop. Sungguh bejat sekali anda, bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. Laptop lebih hemat dan ramah lingkungan? Siapa bilang lebih hemat, berapa uang yang seharusnya tersisa jika anda beli PC Desktop dengan spesifikasi yang sama? Bisa jadi sisa pembelian anda setara dengan biaya buat mbayar listrik komputer plus koneksi internet anda selama 2 tahun. Ramah lingkungan? Silahkan bandingkan panas yang dihasilkan laptop dan komputer dengan spesifikasi yang sama, bandingkan hasilnya, silahkan baca juga aturan pembuangan (recycling) laptop anda, bisa jadi sama persis dengan cara membuang PC Desktop anda.

Lha kok saya malah beli laptop spesifikasi tinggi? Spesifikasi laptop saya juga gak tinggi-tinggi amet kok, lagian spesifikasi tinggi gak harus mahal. Buktinya sekarang laptop saya di pasaran harganya 4,6jt setara dengan laptop berspesifikasi β€œbiasa”. Dengan harga yang setara, saya pastinya ingin mendapatkan laptop spesifikasi terbaik (anda pasti juga).

Kalau bisa sih manut selebaran tadi. Notebook harga biasa plus PC Desktop High-End. Budget yang ku miliki tak memungkinkan untuk itu. Lha masalahe duwitku ra cukup je. Nek bakule gelem dibayar godhong pring garing sak gegem yo mesti tuku aku.

WEI – Windows Experience Index

WEI (Windows Experience Index) adalah pemberian skala kemampuan komputer (hardware+software) dalam menjalankan tugasnya (seperti halnya perhitungan benchmark). Saat ini Microsoft membuat skala dimulai dari 1,0 sampai 7,9. Skala 1 untuk komputer (maupun laptop) dengan kemampuan biasa saja dan skala 7 untuk yang powerfull. Skala ini seperti pembagian level untuk komputer dari level terendah (level 1) untuk WEI antara 1,0-1,9 hingga skala tertinggi (level 7) untuk WEI antara 7,0-7,9.

Level berapa komputer/laptop anda? Untuk mengetahuinya silahkan buka melalui control panel, system and security, system, windows experience index atau langsung dari start menu ketik saja experience index. Jika belum ada rating-nya silahkan anda klik rate this computer. Skor yang keluar terdiri dari lima subscore dan base score diambil dari angka terendah pada seluruh komponen subscore. Subscore terdiri dari perhitungan preforma RAM, Prosesor, Harddisk, dan Kartu Grafis. Untuk melihat lebih detail, klik view and print detailed performance and system information.

Angka subscore memiliki angka toleransi 0,1. Sehingga misal komputer anda memiliki nilai base score 2,9 karena subscore harddisk anda yang lambat, tetapi subscore lainnya (prosesor, RAM, VGA) sudah bernilai diatas 3,0 maka komputer anda juga dapat menjalankan fitur-fitur pada komputer level 3 (basic). Tetapi tidak dapat dikatakan komputer anda sudah masuk level 3, komputer anda tetaplah komputer level 2.

Komputer pada level 1 atau 2 sebaiknya hanya digunakan untuk menjalankan fitur-fitur office standar dan browsing internet. Komputer level ini tidak disarankan menjalankan fitur-fitur Windows Aero atau menjalankan multimedia pada Windows7 (apalagi jika hanya level 1). Biasanya komputer-komputer tua berada pada level ini.

Komputer pada level 3 mampu menjalankan fitur Aero dan kebanyakan fitur yang ada pada Windows7 standar. Misal komputer pada level ini dapat menjalankan skin/theme Windows7 hingga pada resolusi 1280 x 1024, tetapi akan bermasalah ketika dijalankan pada multiple monitor. Atau dapat menjalankan TV digital tetapi mungkin agak lambat ketika menjalankan konten HDTV.

Komputer level 4 atau 5 mampu menjalankan fitur-fitur terbaru pada Windows7 dan menjalankan multitasking pada waktu bersamaan, memainkan HDTV dengan lancar, tetapi untuk merekam HDTV akan sedikit mengalami kendala (walaupun bisa).

Komputer level 6 atau 7 memiliki harddisk yang sangat cepat dan support terhadap high-end content semisal multiplayer game 3D, merekam dan memainkan HDTV.

Batas maksimal level pada WEI terus berkembang sesuai perkembangan hardware komputer, tetapi standar-nya tidak akan pernah berubah. Selama anda tidak melakukan upgrade hardware (ataupun software yang dapat meningkatkan WEI), skor WEI anda akan tetap sekalipun suatu saat nanti akan muncul standar level baru yang dikeluarkan Microsoft (misal muncul komputer level 8 atau level 9).

Untuk melihat WEI laptop tidak bisa mengukur ketika menggunakan sumber daya baterai, jadi silahkan cabut baterai dan gunakan sumber daya dari charger laptop. Jangan terlalu berharap level terlalu tinggi karena laptop memiliki batas kemampuan yang selalu di bawah batas kemampuan PC desktop. Biasanya laptop memiliki kendala pada subscore yang mengukur kemampuan grafis (VGA) atau prosesor. Untuk RAM ataupun harddisk anda mungkin bisa dengan mudah melakukan upgrade (karena bagi sebagian orang pasti tidak terlalu mahal), untuk prosesor pasti mahal sekali (meskipun bisa), tetapi untuk VGA card sepertinya sangat terbatas. Saya sendiri belum pernah dengar upgrade VGA card pada laptop.

Berikut ini WEI laptop (Compaq 515) yang biasa saya pakai, saya sama sekali belum melakukan instalasi driver hardware apapun ke dalam sistem yang ada, semua masih bawaan Windows7 lewat fitur autodetect-nya.

Agak kecewa memang melihat hasilnya. Dari hasil diatas terlihat bahwa yang membuat base score hanya 3,9 (level 3) adalah performa grafis, padahal komponen lainnya rata-rata sudah menyentuh level 5. Untuk menaikkan base score (setidaknya agar menyentuh level 4) yang perlu dilakukan adalah upgrade sistem grafis (bisa karena resolusi LCD, driver VGA atau memang hardwarenya). Saya belum mencoba update driver VGA (masih bawaan Windows7 yang memang sudah autodetect). Kalau misal karena hardware, apakah mungkin kita melakukan upgrade VGA Card untuk laptop?

Selanjutnya akan saya sambung di lain waktu membahas level komputer di kelas Open Sources System khususnya LINUX (karena Open Sources sekarang mulai merakyat).

Silahkan sampeyan pamer WEI anda disini khususnya laptop (kalau bisa sih melalui printscreen seperti di atas itu), maksudnya biar saya gak jadi sombong. πŸ˜€

Laptop Baru CQ515

Alhamdulillah kemarin hari Kamis sebelum lebaran keturutan punya laptop baru. Sebelumnya sih memang saya sudah pake laptop Acer 4520 tapi nge-share teman saya. Hari sebelumnya saya sudah mbingungi antara beli PC Desktop atau laptop. Budget saya hanya sekitar enam jutaan.

PC Desktop termasuk saya pertimbangkan karena dengan budget segitu udah bisa pake Core 2 Quad Q9550 (dengan sistem seimbang dan powerfull), tapi untuk masalah mobilitasnya jadi berkurang. Sedangkan pada kisaran harga 5-6 juta untuk laptop baru dapet low-end laptop, tapi saya lebih reffers ke laptop karena saya lebih banyak mobilitasnya.

Sekarang di pilihan laptop sendiri saya juga kebingungan karena lumayan banyak pilihan. Tapi patokan saya yang utama adalah prosessor harus support untuk OS yang 64bit, selain itu VGA yang integrated pake VGA-nya ATI atau NVIDIA (gak mau pake VGA Intel).

Pertama cari laptop dengan harga di bawah 6 juta. Selanjutnya dari list saya pilih laptop dengan prosesor arsitektur 64bit. Untuk kelas prosesor dua inti dari AMD hamipr semua support 64bit sedangkan dari Intel mulai dari kelas Core 2 Duo (dual core kebanyakan 32bit). Setelah dapat list (masih lumayan banyak), selanjutnya memperhatikan VGA integrated-nya. Ternyata hampir semua laptop dengan kriteria ini berprosesor AMD, entah itu Turion64 X2 (TL series), Athlon X2 (QL series), maupun Turion X2 (RM series).

Pilihan saya ada diantara Acer 4535, Toshiba L305D-S5930, dan Toshiba L300D-044, Compaq CQ40-416AU, Compaq 515. Untuk Acer 4535 harga mendekati 6 juta, saya nanti gak bisa upgrade RAM ama beli tas notebook. Toshiba, keduanya ukurannya 15” inch (gede banget). Pilihan pun tinggal antara CQ40-416AU dan CQ515. Agak bingung memang, keduanya memiliki VGA yang sama ATI HD3200. Prosesor keduanya (RM75 dan QL-64) sama sama pake sumber daya 35 watt, L2 cache sama-sama 1000KB, tidak ada fitur virtualization. Yang membedakan clock speed (RM75 2,2GHz, QL64 2,1GHz) sisanya mungkin masalah cooling system dimana QL64 memiliki panas yang sedikit berlebih (tapi bagi saya tidak begitu masalah). Harddisk CQ515 lebih kecil (tidak terlalu masalah karena 250GB sudah termasuk besar bagi saya). Resolusi LCD dimana CQ515 sedikit lebih besar (1366 x 768) dibanding CQ40 (1280 x 800).

Akhirnya saya memutuskan memilih CQ515 karena dengan harga yang lebih murah (Rp 4.900.000,00) dibanding CQ40-416TU (Rp 5.650.000,00), saya bisa sekalian upgrade RAM. Untuk RAM saya menambah sekitar 400 ribu biar bisa 4GB (Adata PC6400 dual chanel). Total pengeluaran untuk beli laptop (thok) sebesar Rp 5.300.000,00. Sistem ini sudah termasuk ideal (dan sip) untuk laptop low-end dan saya merekomendasikan sistem seperti ini untuk anda yang memiliki dana terbatas tapi pengen punya laptop yang bisa bersaing.

Untuk menyamakan harga dengan CQ40-416AU, hitunglah anda upgrade harddisk (WDC 500GB), harganya akan menjadi sekitar Rp 5.700.000,00 (karena harus nambah sekitar 400 ribu lagi).

Sekedar membandingkan, laptop teman kost sebelah saya yang memakai CQ40-416AU saat test Windows Experience Index (menggunakan Windows7) hanya mencapai 3,4 dari skala 1,0-7,9 sedangkan laptop saya CQ515 (upgraded) mencapai 3,9 skala yang sama (lumayan lah untuk harga 5,7jt platform AMD). Saya belum membandingkan dengan software semacam 3DMark dll.

Kalau anda diberi dua pilihan pada kisaran harga 5,7 juta antara CQ40-416AU dan CQ515 (yang sudah upgraded), mana yang anda pilih?

*harga merupakan harga tanggal 17 September 2009, dapat berbeda tergantung tempat dan waktu pembelian.

Logika Overclock

Overclock? Yang saya pikirkan adalah meningkatkan clockspeed processor. Mengenai overclock RAM dan VGA saya sebatas pernah denger tapi tidak terlalu mendalami. Lha wong overclock processor aja masih amatiran.

Kalau dari sebuah buku yang pernah saya baca, clockspeed dalam perhitungan gampangnya adalah hasil perkalian antara FSB dengan multipler. Jadi untuk meningkatkan clockspeed ada dua cara yaitu dengan meningkatkan nilai FSB atau dengan meningkatkan angka multipler.

Meningkatkan multipler setau saya (kata seoarang kawan) hanya bisa dilakukan pada tipe prosesor tertentu. Untuk platform Intel hanya pada extreme edition (XE) dan pada platform AMD hanya pada black edition (BE). Tapi saya sendiri meragukannya, karena saya pernah utak-atik processor intel celeron 1,73GHz (jaman saya SMA) dan terbukti bisa ditingkatkan multipler-nya. Dari yang tadinya 133MHz x 13 (1,73GHz) jadi 152MHz x 18 (2,74GHz). Sampai sekarang masih normal kok.

Ah tinggalkan mengenai tipe-tipe processor itu, kembali mengenai overclock. Karena clockspeed adalah hasil kali antara FSB dengan multipler, saya menganalogikan seperti sebuah persegi panjang. Dimana dimensi panjang adalah FSB dan dimensi lebar adalah multipler, luas dari persegi panjang inilah yang disebut sebagai clockspeed.

Untuk tipe-tipe processor yang bisa diubah miltipler dan FSB saya rasa tidak masalah memperluas clockspeed-nya. Bagaimana dengan processor yang multipler-nya tidak dapat diubah? Karena dalam kenyataan lebih banyak prosesor yang tidak dapat diubah multipler-nya, hanya bisa mengubah FSB. Dalam hal ini anggap tidak dapat menambah dimensi lebar persegi. Untuk memperluas hanya dapat kita lakukan dengan menambah dimensi panjang-nya (FSB).

Katakanlah saya menemukan dua buah prosesor yang default-nya memiliki clockspeed sama sebesar 2,0GHz dan keduanya tidak dapat dubah multipler-nya, dengan FSB berbeda. Prosesor pertama memiliki FSB 800MHz, prosesor kedua memiliki FSB 400MHz. Mana yang harus dipilih? Abaikkan mengenai mainboard, anggap mainboard sama dan bisa support hingga FSB 1066MHz. Dari perhitungan sederhana akan didapatkan nilai multipler 2,5x pada prosesor pertama dan 5,0x pada prosesor kedua.

Katakanlah keduanya ditambah nilai FSB sebesar 10MHz sehingga FSB prosesor pertama menjadi 810MHz dan FSB prosesor kedua menjadi 410MHz. Selanjutnya jika dilakukan perhitungan akan diperoleh clockspeed sebesar 2,025GHz pada prosesor pertama dan 2,050GHz pada prosesor kedua. Terlihat pada peningkatan FSB 10MHz prosesor kedua akan menghasilkan clockspeed yang lebih besar. Itu baru penambahan 10MHz, bagaimana dengan 50MHz, 100MHz? Hitung sendiri.

Selanjutnya berhubungan dengan kompatibilitas mainboard. Pada prosesor pertama hanya bisa dilakukan penambahan FSB 266MHz karena maksimal FSB yang bisa disupport oleh mainboard hanya 1066MHz, dihitung menghasilkan clockspeed 2,66GHz. Bagaimana dengan prosesor kedua? Anggaplah kita dapat melakukan overclock hingga FSB mencapai 677MHz saja (tergantung sistem komputer). Clockspeed yang dihasilkan 3,38GHz. Itu baru FSB 677MHz, bagaimana jika seandinya (kondisi super ekstrim) prosesor kedua dapat ditingkatkan FSB hingga 1066MHz. Clockspeed akan menjadi 5,33GHz. Tapi tentu saja kondisi seperti ini akan sangat sulit diperoleh karena keterbatasan sistem.

Jadi kesimpulan logika overclock saya, untuk prosesor yang hanya bisa diubah nilai FSB, cari prosesor yang memiliki multipler besar.

Tapi itu hanya logika bodho saya. Tentunya seni overclock tidak sederhana seperti yang saya jabarkan diatas. Ada juga variabel lain yang harus diperhatikan semisal masalah power dan suhu sistem.

Lha kalau intel core i7 yang kalau buka di website resmi-nya gak ada besaran FSB-nya itu gimana ya ngitung clockspeed-nya?