Dua Hari di Bojonegoro

Jumat 15 April 2016, aku berkesempatan untuk pertamakalinya ke Bojonegoro dengan naik kereta api (pertama kali juga naik kereta jalur pantura). Tujuanku kali ini cukup sederhana, berkumpul dengan teman-teman Kelas Inspirasi Bojonegoro dalam rangka persiapan KI Bojonegoro yang ke-empat. Sengaja aku memilih Bojonegoro untuk turut berpartisipasi sebagai relawan pengajar di kelas inspirasi. Kebetulan juga, ini adalah kali pertama aku ikut Kelas Inspirasi Bojonegoro.

Aku memulai perjalanan dari Stasiun Pasar Senen pada hari Jumat tepat pukul 12.00 siang hari. Sedianya aku akan memilih perjalanan yang agak sore tetapi kupikir kasihan nanti teman di Bojonegoro kalau jemput tengah malam. Jadilah aku naik kereta api Jayabaya berangkat dari Stasiun Pasar Senen dan turun di Stasiun Bojonegoro sekira pukul 21.45 waktu setempat. Sampai di Bojonegoro aku langsung menghubungi Mas Rivaldy yang akan menjemputku di stasiun. Beberapa hari sebelumnya aku telah menghubungi Nova Wijaya untuk keperluan penjemputan sekaligus menginap selagi aku di Bojonegoro.

Selang beberapa waktu, aku sudah sampai di Rumah TIK Bojonegoro tempatku menginap kali ini. Sebagai informasi, Rumah TIK ini adalah pusat kegiatan dan sekretariat Relawan TIK Bojonegoro. Kebanyakan aktivis di tempat ini masih mahasiswa, beberapa ada pengusaha, dan lainnya pekerja. Karena sudah malam, kupikir kondisi selarut ini sudah cukup sepi tetapi ternyata masih ramai oleh aktifitas pemuda harapan bangsa asli Bojonegoro. Setelah berkenalan, obrolan diantara kami mulai mengalir yang mulai dari sekedar obrolan mengenai kabar masing-masing, menjalar ke aktifitas RTIK di kota masing-masing, berlanjut soal Kelas Inspirasi itu sendiri, sampai perihal aktifitas blogging. Kebetulan beberapa tahun silam komunitas blogger Bojonegoro seringkali bersinggungan (dalam arti positif) dengan komunitas blogger Magelang.

Menyoal blogging pun kisah pertemuan yang kami ceritakan mulai dari pertemuan konco-konco blogger di Wonosobo tahun 2009 sampai beberapa yang terakhir yaitu pertemuan di Bandung dalam rangka Festival RTIK. Kebetulan, kebanyakan aktivis RTIK di Bojonegoro juga dari teman-teman blogger begitupun juga teman-teman aktivis RTIK Magelang yang kebanyakan “lungsuran” blogger.

Berbicara mengenai inti dari kedatanganku ke Bojonegoro, tujuannya adalah mengikuti pertemuan pra-pelaksanaan Kelas Inspirasi Bojonegoro yang ke-empat.

Bagaimana bisa aku “kesasar” ke Bojonegoro sementara ada banyak juga Kelas Inspirasi lain semisal di Jakarta, Sukabumi, Lamongan, Karawang, dll? Pertanyaan itu juga yang sempat ditanyakan teman-teman di Bojonegoro.

Jawaban jujur, sakjane cuma pengen ketemu Mbak Nova Wijaya yang sempat hits dan bahkan sempat jadi trending topic berhari-hari di kalangan teman-teman RTIK Magelang beberapa waktu yang lalu. Terlebih lagi pasca beredar foto bareng artis oleh GusMul itu.

Jawaban slengekan, ya tentu saja sangat normatif. Mau memperkenalkan kira-kira kegiatan dan profesi apa saja yang dilakukan di industri hulu migas, mengingat Bojonegoro punya potensi yang tak sedikit di sektor ini. Paling tidak, aku berharap kedepan semakin banyak orang asli Bojonegoro yang turut berpartisipasi aktif (dan langsung) mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya. Bukan tak mungkin kan suatu saat semua kegiatan sektor migas di Bojonegoro benar-benar dikuasai warga asli Bojonegoro?

Kembali mengenai kisah kedatanganku ke Bojonegoro.

Hari berikutnya, Sabtu 16 April 2016 aku berkumpul yang benar-benar berkumpul di Pendopo Malowopati dengan hampir semua aktivis Kelas Inspirasi dari mulai relawan fasilitator, dokumentator, dan pengajar. Ah ya, ini pertamakalinya aku ikut Kelas Inspirasi Bojonegoro. Hampir semua yang kutemui kali ini benar-benar wajah baru, Mbak Nova Wijaya pengecualian lho ya. Sebut saja briefing, banyak hal dibicarakan terkait persiapan Kelas Inspirasi. Hal-hal yang mengenai persiapan dan lain lain sepertinya tak perlu dibahas disini.

Selepas kegiatan selesai, sekira pukul 13.00 aku segera meluncur ke tempat makan pecel (aku lupa namanya) kemudian dilanjutkan ke stasiun untuk membeli tiket kembali ke Jakarta. Setelah mendapatkan tiket kereta Kertajaya, aku kembali ke Rumah TIK. Sorenya aku sempat ikut makan bareng di tempat makan mie super pedes -katanya- (lupa lagi namanya). Sekembalinya ke Rumah TIK Bojonegoro, aku beristirahat sejenak sambil mendengarkan cerita-cerita ala remaja masa kini. Malamnya sekira pukul 22.00 aku berangkat menuju Stasiun Bojonegoro untuk selanjutnya kembali ke Jakarta dengan Kereta Kertajaya, kereta milik PT KAI bukan keretaku.

Lima Malam di Bandung

Seperti yang kutulis sebelumnya, minggu ini aku benar-benar jarang menulis. Pasalnya, semenjak hari Senin sampai Jumat kemarin aku mengikuti acara pelatihan dari pagi sampai sore dari pukul 08.00 sampai 17.00. Nah, tentu saja ini pelatihan yang sangat melelahkan, apalagi materi-materi pelatihan beberapa diantaranya merupakan hal baru bagiku. Untungnya, Pak Diego Vasquez yang ngajari itu pinter banget dan ngerti cara ngajarinya.

Eh, tapi kali ini aku gak bakalan bahas materi training kok. Santai…

Jadi ceritanya aku sampai Bandung hari Minggu siang menjelang sore. Ya, kira-kira jam tanggung untuk makan. Kalau makan mesti malemnya laper lagi, kalau nunggu agak malem ya sebenernya udah keburu laper. Ada yang sering mengalami masalah serupa?

Btw, aku ke Bandung berangkat tiga orang y.i aku, mbak Tika (temen kantor), dan satu sopir. Nah sore itu ketiganya emang dalam kondisi nanggung antara mau makan atau menunda lapar. Jadilah sesampai di Bandung sebelum masuk hotel kami cari cemilan. Kebetulan di seberang jalan tak jauh dari hotel ada satu tempat makan yang katanya lumayan enak. Orang Malang tak dapat ditolak, mujur mungkin dapat diraih. Kami tak mendapati apa yang kami inginkan. Mau nyari cemilan dapetnya gulai, sate, dan soto. Jadilah kami nyemil makanan besar.

Hidup memang keras, apa yang kamu dapatkan tak selalu sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Namun, kamu harus tetap bersyukur.
-baper-

Malam hari pertama (malem Senin) karena udah nggak laper, jadilah aku cuma berdiam diri hotel baca buku Darmagandhul. Sebenernya menjelang pukul 22.00 itu udah mulai laper, tapi pas liat situasi di luar udah sepi jadi males juga mau keluar. Warung-warung udah pada tutup.

Nah, malam hari kedua diajakin makan-makan sama peserta pelatihan yang lain. Akhirnya Senin malem keluar ke tempat makan steak apalah itu. Ceritanya sih biar jadi sok akrab gitu sesama peserta pelatihan dan penyelenggaranya. Makan steak sih setengah jam selesai, tapi ngobrolnya hampir sejam. Baru balik hotel pukul 9 malem. Udah kalau udah jam segitu males mau nulis-nulis bikin posting blog.

Malam hari ketiga lagi, diajakin makan keluar. Kali ini ke Sop Konro Marannu, di Bandung lokasinya ada di jalan Riau (Jl. R. E. Martadinata No.169). Jenis makanannya yang spesial sih olahan iga. Yah, worth lah untuk pengorbanan keluar malem-malem agak jauh dari hotel dapetnya makanan enak. Boleh lho besok-besok kalau ada yang ngajakin ke Bandung ngajak makannya kesini. Hahaha… (NGAREP DOT COM)

Malam hari keempat, kali ini nggak makan keluar bareng-bareng. Aku cuma makan di warung semacam tempat ngopi-ngopi seberang hotel (makan malam di hotel mahal cuy). Jadi, kali ini nggak ada ceritanya kecuali pas bayar nggak bisa pake debit sementara aku cuma bawa cash keras 20 ribu.

Nah malam hari kelima, keluar lagi makan malam bareng. Kali ini tempatnya lumayan jauh di Dago atas, tepatnya di Congo Cafe. Makan besar yang spesial di Congo Cafe yaitu sop buntut. Pilihannya ada yang original (beneran sop), ada yang digoreng kemudian disajika sama sop, ada yang dibakar dulu dan disajikan sama sop. Lumayan lama lah makan dan nongkring di situ, baru jam setengah sepuluh turun. Pun itu nggak langsung balik hotel, tapi mampir dulu cari durian. Depot durian yang masih buka (lagi-lagi) ada di jalan Riau. Bahkan, posisinya samping tempat makan hari ketiga kemaren. Baru pulang sampai hotel menjelang jam 11.00, itu malem lho ya.

Hari Jumat sedianya mau pulang naik kereta. Jadwal kereta yang masih tersisa tinggal pukul 19.xx (menjelang pukul 8) sementara acara selesai pukul 16.00. Akhirnya daripada bengong kelamaan nunggu kereta diputuskan balik Jakarta naik minibus (CitiTrans) yang berangkatnya pukul 16.45.

Lalulintas di Bandung cukup teratur dan para pengendara tertib (kalau pas dijaga pak polisi).
-pengalaman-

Lebaran di Kampung Halaman

Lebaran. Sebagai seorang Jawa kampung yang berasal dari daerah sekitar Jawa bagian tengah, lebaran saya diisi dengan saling silaturahim dan silaturahmi. Hari pertama lebaran pun saya seharian berkeliling dalam satu kampung masuk dari satu rumah ke rumah lain untuk sungkem (bentuk rasa hormat – JW) ke rumah para orang yang dituakan dan lebih tua di kampung. Setiap tahun tradisi di kampung selalu seperti itu. Dalam beberapa kunjungan, saya bertemu dengan teman seusia di kampung yang juga sesama perantau dan belakangan baru saya tahu bahwa tempat perantauannya pun sama, Jakarta.

Hari kedua lebaran, saya mulai keluar kandang. Sowan (berkunjung – JW) ke rumah-rumah saudara yang tinggalnya beda kampung, masih dalam satu kecamatan. Terhitung ada empat kampung yang saya kunjungi y.i Ngowah, Kragilan, Karen, dan Surojoyo yang semuanya masih di satu kecamatan Candimulyo. Rumah-rumah yang dikunjungi kebanyakan adalah rumah dari saudara kandung (kakak atau adik) dari kakek-nenek saya.

Hari ketiga lebaran, saya berkunjung ke dua tempat di Borobudur. Berkunjung ke saudara dari ayah saya. Pakdhe saya yang tinggal di Tanjungsari dan Bogowanti. Jalan menuju Borobudur cukup sesak pada liburan lebaran hari ketiga, wajar saja karena biasanya para pemudik dari luar kota di sekitar Magelang dan Jogjakarta memilih wisata ke Candi Borobudur, candi yang sampai saat ini masih menjadi candi terbesar di Magelang.

Hari keempat, saya mengisinya dengan banyak-banyak istirahat di rumah karena cukup kelelahan sejak mudik hari Rabu pada minggu sebelumnya. Selain itu juga ada kabar bahwa beberapa rombongan keluarga yang akan berkunjung ke rumah orang tua saya, sehingga saya merasa perlu untuk ikut mempersiapkan apa-apa yang diperlukan seisi rumah.

Hari kelima, saya mulai memisahkan diri dari ‘rombongan’ keluarga. Saya berkunjung ke rumah beberapa teman SMP dan SMA. Tidak terlalu banyak yang mendapatkan jatah kunjungan saya. Terlebih beberapa diantaranya sedang ada acara pertemuan keluarga, sowan mertua, sudah masuk kerja, bahkan ada yang sedang didandani untuk pentas seni jathilan. Ada suatu kebetulan, saya dipertemukan dengan teman SMP setelah selesai sholat dhuhur jamaah di masjid. Seorang teman saya jualan bakso keliling (menggunakan kerombong bersepedamotor) ternyata sama-sama menjadi makmum. Jadilah masjid sebagai tempat bertemunya beberapa teman SMP yang sudah sekian lama (hampir 8 tahun) belum pernah bertemu kembali.

Tuhan tengah menampar saya. Saya dihadapkan dengan seorang teman seumuran yang dengan pekerjaan yang dia senangi (secara materi sederhana) sudah membuatnya merasa cukup dan mampu menjalaninya dengan bahagia. Sedangkan saya masih mengejar ketidakpuasan akademis serta materi yang tak pernah ada habisnya, itu pun selama ini masih kurang bersyukur.

Melanjutkan cerita, hari keenam saya diisi dengan berkunjung ke rumah teman Mblumbang. Grup Mblumbang hanyalah sekelompok kecil orang dari berbagai latar belakang yang kebetulan selama hidup di Jogjakarta sering berkumpul. Bersyukur, sampai saat ini komunikasi diantara kami masih terjaga dengan sangat baik. Tahun-tahun sebelumnya kami sempat berkeliling ke setiap rumah masing-masing, tetapi untuk tahun ini keterbatasan waktu dan gandengan tidak memungkinkan bagi kami untuk melakukan hal yang sama. Dipilihlah satu tempat berkumpul untuk pertemuan. Selalu ada cerita dari masing-masing untuk dibagikan diantara kami, bahkan cerita untuk sekedar kami tertawakan. Kami juga sekaligus berkunjung ke salah satu guru Matematika sekolah, kebetulan juga beliau adalah wali kelas saya saat kelas 2 SMA di Magelang.

Hari ketujuh saya ke Jogjakarta, ke rumah calon mertua (amiiiinnnnn) sekaligus mboyong anaknya untuk saya bawa pulang kerumah. Semenjak saya ke Jakarta, pertemuannya dengan kedua orang tua saya cukup minim. Bahkan lebaran tahun lalu tidak sempat ke rumah. Makanya untuk tahun ini sudah nembung (minta – JW) pokoknya harus ke rumah ketemu ayah-ibu saya. Setelah ke rumah saya, dilanjutkan ke rumah teman-teman di Magelang (juga teman saya, grup Mblumbang) dan dilanjutkan wisata ke candi Selogriyo.

Hari kedelapan saya lebaran diisi dengan kopdar syawalan teman-teman Blogger Magelang (pendekartidar) yang selanjutnya isinya orang yang sama dengan teman-teman RTIK Magelang. Adalah Mas Hanafi yang kebagian kepanggon (ditempati – JW) rumahnya sebagai tempat pertemuan. Beberapa yang hadir adalah Mas Nanang beserta Si Ponang, Kokoh Achmad, Ariev, saya, Andri, dan tentu saja tak ketinggalan seleb blog kebanggaan wong Magelang, Gusmul – Agus Mulyadi. Pertemuan kali ini bagi saya adalah pertemuan yang istimewa karena sudah hampir genap dua tahun (semenjak saya merantau ke Jakarta) saya belum pernah bertemu kembali dengan mereka secara bersamaan (kopdar – red).

Hari-hari berlangsung begitu cepat, Minggu pagi saya sudah berangkat kembali ke Jakarta. Artinya, hari Sabtu saya harus mempersiapkan segala hal dan packing untuk saya bawa. Meski barang bawaan saya hanya satu tas ransel kecil, tetapi cerita dan berbagai wejangan – hikmah yang turut serta terbawa ke Jakarta sepertinya terlampau banyak.

Sesampai di Jakarta hari Minggu sore, tidak terlalu banyak aktifitas. Hari Senin saya sudah masuk kantor. Ritme kampung halaman masih terbawa ke Jakarta, semoga hasil kalibrasi sebagai manusia di kampung halaman bisa terbawa di Jakarta.

Buka Puasa Bersama KAGAMA

Karena masa-masa bulan Ramadhan, jam kantor di beberapa kompleks perkantoran berubah. Biasanya jam kantor jam 08.00-17.00, selama bulan puasa jadwal kerja kantor saya tidak diformalkan menjadi jam 08.00-16.00 ataupun 07.30-15.30. Biasanya karena ini bulan puasa, saya berangkat pukul 08.30 dan pulang pukul 16.30.

Hari Selasa 7 Juli 2015 saya sengaja datang kantor lebih awal, pukul 08.00 supaya bisa pulang pukul 16.00 dan bisa hadir acara Buka Bersama KAGAMA Pusat di kompleks perkantoran Kementerian Kehutanan. Alhamdulillah menjelang pukul 16.00 ternyata ada beberapa pekerjaan yang memerlukan tambahan tenaga ekstra, hingga akhirnya saya baru bisa keluar kantor pukul 16.45.

Saya segera pulang ke rumah kos untuk mendaratkan kendaraan pribadi terlebih dahulu. Ya, saya berangkat naik transportasi umum, KRL. Berangkat dari stasiun Duren Kalibata sudah pukul lima sore lebih, kumandang adzan maghrib saya dengar ketika saya transit di stasiun Tanah Abang.

Stasiun KRL terdekat dari tempat berlangsungnya acara (Gd. Manggala Wanabakti, Kementerian Kehutanan) adalah Stasiun Palmerah yang katanya baru saja dinobatkan sebagai stasiun terbaik se-Indonesia Raya. Sesampai di tempat Buka Bersama KAGAMA (dan selesai sholat maghrib), ternyata acara yang tengah berlangsung adalah BUKA PUASA. Belum sempat salam-salaman dan temu-temuan dengan teman seangkatan, saya mempersilahkan perut saya untuk diisi dengan beberapa tusuk sate beserta lontongnya.

Selanjutnya beredar untuk sekedar bertegur sapa dengan sesiapa yang saya temui, tentu saya juga melihat dari pengamanan dan protokolernya sesiapa yang memungkinkan bagi saya untuk nimbrung ngobrol. Ketemulah beberapa orang teman sealmamater yang pernah bertegur sapa semasa masih nyantrik di Bulaksumur. Ada juga beberapa kenalan baru dari berbagai jurusan dan fakultas. Beberapa kali ikut nimbrung ngecuprus sembari nyemili makanan di luar ruangan dan berakhir tanpa tahu nama orang yang diajak ngobrol. Ya, hanya menyadari orang itu juga pernah makan bangku di Gadjah Mada. Saya sempat ngobrol sama tokoh senior (UGM angkatan tua) yang sedang asik-asiknya mbahas bakar-bakaran, belakangan baru saya tahu kalau bapaknya itu tadi Pak Budi Karya (Arsitektur 1981), -nggak tukeran kartu nama siiiih…-. Selain itu juga kenalan sama pak Mirza (Pertanian 1990), Mas Oka (Teknik Mesin 2002).

Beberapa orang yang hadir malam itu yang cukup saya kenal diantaranya Pak Ganjar Pranowo (pernah jadi Anggota DPR), Pak Basuki Hadimulyono (Menteri PU), Pak Pratikno (pernah jadi Rektor UGM), pak Roy Suryo (pernah jadi Menteri), dan Ibu Nurul Arifin (pernah jadi Anggota DPR). Pak Joko Widodo (pernah jadi juragan mebel) juga hadir, tapi hanya fotonya saja yang hadir.

Pak Ganjar sebagai Ketua KAGAMA dalam sambutannya ngoyorowo supaya lebih meningkatkan kontribusi alumni Gadjah Mada untuk masyarakat. Bu Dwikorita -yang dimirip-miripkan Masha dalam kartun Masha and The Bear- memperkenalkan program kampus Gadjah Mada kedepannya diarahkan sebagai kampus socioenterpreneur. Agak kurang familiar dengan istilah ini.

Point-nya adalah ini buka bersama, temu kangen KAGAMA, mendapatkan kenalan baru, dan mengingatkan kembali supaya tetap jadi orang baik.

Kopdar Blogger Nusantara

Ketika banyak yang sepakat dengan nama Blogger Nusantara sebagai representasi “blogger Indonesia”, maka di saat itulah penyempitan kebesaran Majapahit tengah berlangsung. Bagi seorang Gadjah Mada, Nusantara tidak hanya sebatas Indonesia. Pada masanya, Nusantara meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia saat ini ditambah dengan Tumasek, Sabah, Serawak, Brunei, Kepulauan Moro dan sekitarnya. Maka Blogger Nusantara selayaknya merepresentasikan blogger Asia Tenggara bagian Selatan. Kenyataan pengkhususan Nusantara sebagai Indonesia merupakan pengkerdilan sejarah. Begitu kira-kira kesalahkaprahan Nusantara. Terlepas dari kesalahkaprahan pemakaian Nusantara, Kopdar Blogger Nusantara memang sebenarnya bersifat inklusif. Sekiranya ada blogger di sekitar Nusantara berkenan hadir tentu saja diperbolehkan. Eh, barangkali ada blogger Singapura, Malaysia, Brunei, atau Filipina tentu saja dipersilahkan, monggo. Meskipun kok jebulannya saya tidak menemui seorangpun bule Asia Tenggara yang muncul di acara BN2013.

Kopdar Blogger Nusantara yang katanya Istimewa tentu saja memang istimewa. Bagi saya, BN2013 semacam nonstalgia sekaligus bongkar-bongkar catetan, iki sopo lan iki sopo. Ya, sekiranya saya cukup lama tidak sowan ke rumah para blogger senior semacam blog-nya kang Andi MSE, Soewoeng, Jarwadi, Pakdhe Purwoko, atau Ki Demang Suryaden. Bagi seorang blogger newbie dan blogger muda belia semacam saya, tentu saja kenalan dengan para blogger kawakan dan blogger senior di BN2013 merupakan pengalaman yang selalu baru. Bahkan seleblog semacam Agus Mulyadi pun sempat saya sambangi, bahkan sempat berpose bareng.

Saya berangkat ke acara BN2013 dari Jakarta menuju Jogjakarta, sedianya saya naik bus dari Jakarta turun Giwangan dilanjutkan naik Trans Jogja ke arah Malioboro. Maksud hati ingin langsung ke acara pembukaan di pagelaran keraton, ternyata pembukaan BN2013 dipindahkan mendadak ke Rumah Budaya Joglo Abang. Bagi kebanyakan blogger tentu saja hal ini cukup mengecewakan. Tapi bagi saya ya biasa saja, ora ono sing perlu digelani. Toh inti dari BN2013 bagi saya ya yang penting ketemu, ngobrol, saling sapa, dan tentu saja kenalan bagi yang belum saling kenal atau foto bareng bagi yang selama ini hanya ketemu dalam jaringan. Dalam bahasa sederhana, ekspektasi saya untuk BN2013 sudah terpenuhi dan sesuai.

Awalnya saya kurang sreg ketika di awal acara, dari empat narasumber ternyata tiga diantaranya adalah ‘promosi’, tapi ya sudah lah. Sedianya sekira pukul 16.00 para blogger diberi pilihan untuk tour Jogja atau tetap di Joglo Abang menikmati pentas seni dari beberapa kelompok kesenian dari Jogjakarta dan sekitarnya. Sedianya juga Balatidar mau ikut-ikut tour Jogja meski sebenarnya bagi Balatidar tentu saja Jogjakarta bukan tempat yang asing lagi. Kenyataannya bus yang akan mengantar rombongan baru datang sekira pukul 20.00. Diambillah keputusan, segera menuju dusun Tembi. Tempat nginep para blogger dan tempat dilangsungkan acara untuk hari berikutnya.

Hari selanjutnya, saya tak banyak mengikuti kegiatan di dusun Tembi. Saya off dari kegiatan BN2013 sekira pukul 09.00 bersama Erza, teman baru yang saya temukan di Joglo Abang, tepat di samping selokan Mataram. Dikarenakan acara gathering ‘sebenarnya’ bagi blogger di BN2013 adalah hari Minggu, jepretan kamera yang mengarah ke saya pun tak sebanyak peserta lainnya. Bahkan foto yang ada saya-nya pun justru tidak menampakkan bahwa saya hadir di acara Blogger Nusantara 2013.

Salam Blogger Nusantara, Salam Istimewa…