Menjelang malam sembari menunggu perjalanan kembali ke tempat nginep, saya bersama beberapa kawan blogger menyempatkan diri berfoto di patung Slamet Riyadi dan air mancur dibelakangnya.
Puas mengabadikan gambar, balablogger pun kembali menuju depan Graha Solo Raya. Seperti kejadian sore hari, masih saja saya bertemu dengan tukang becak tetapi saya pekewuh untuk bertanya mengenai identitasnya.
Pertemuan saya dengan tukang becak kali ini tidak membicarakan mengenai internet lagi, tetapi membicarakan bentuk becak Solo yang berbeda dengan Becak di Magelang dan Yogyakarta.
Becak di Solo Raya ukurannya lebih kecil dan bentuknya pun ramping. Becak di Magelang-Yogyakarta cenderung berukuran besar dan kembung.
Bapak tukang becak yang ini tidak tahu mengenai sejarahnya, mengenai siapa mbahnya becak, siapa yang membawa becak ke Solo, mengenai kenapa becaknya ramping. Bapak tukang becak yang ini lebih berpikir logis dengan menjabarkan secara fisik becak Solo lebih ringan karena lebih kecil dan ramping.
Tentu kalau ditelusur lebih dalam mengenai asal mula becak Solo ini akan menjadi bumbu cerita Solo. Meski tidak akan menjadi cerita utama mengenai solo, tetapi cukup mewarnai sejarah Solo Raya. Tapi siapa yang mau menelusuri ceritanya? Kawan bengawan ada yang bersedia?