Becak Solo (1)

Menjadi tukang becak adalah sebuah pilihan yang terpaksa harus diambil oleh Pak Narno. Pak Narno dahulu ingin hidup layaknya eksekutif yang tinggal duduk di kursi kantor, tandatangan, dan setiap bulan dapat gaji besar. Tapi apa daya, Pak Narno hanyalah lulusan SMP duapuluh tahun lalu.

Ditengah riuh renyah para peserta SOLO – Sharing Online Lan Offline yang baru saja keluar dari Graha Solo Raya ini saya mencoba mencari sisi lain dari kehidupan kota Solo. SOLO adalah acara Jambore Blogger yang salah satu sponsor-nya adalah XL Dipertemukanlah saya dengan kejadian unik yang akhirnya saya abadikan melalui digital kamera yang memang saya siapkan sedari keberangkatan ke Solo.

Tukang becak yang setelah saya sedikit berbincang diketahui bernama Pak Narno ini sedikit unik. Pak Narno menjadi tukang becak untuk menghidupi keluarganya, seorang istri dan seorang anak yang masih sekolah SD. Dengan berbagai usaha untuk menyisihkan hasil mbecak, Pak Narno mampu membeli sebuah HP Motorolla yang kalau tidak salah sepengetahuan saya adalah HP kelas musik.

Berbincang mengenai internet setelah Pak Narno bertanya mengenai acara yang baru saja berlangsung di Graha Solo Raya, pak Narno ternyata bukanlah tipe orang yang tidak tahu sama sekali mengenai internet. Bahkan pak Narno ini punya facebook. Tetapi mengenai blog, Pak Narno masih melihat sebagaimana pernah diungkapkan oleh Roy Suryo, blogger adalah hacker. Susah juga menjelaskan mengenai hal ini.

Sayang sekali perbincangan tidak berlangsung lama, Pak Narno mendapat order mengantar dua orang turis ke Solo Grand Mall, lumayan jauh menurut saya.

Setelah perbincangan dengan Pak Narno ini, sepanjang perjalanan saya tak henti-hentinya berangan-angan. Bagaimana seandainya tukang becak semacam Pak Narno ini bekerja layaknya sopir taksi, memanfaatkan HP yang dia miliki untuk “antar-jemput” penumpang. Penumpang tinggal SMS/Telepon Pak Narno, selanjutnya Pak Narno datang dan mengantarkan si penumpang. Bukankah itu salah satu bentuk memanfaatkan teknologi.

Saya tidak berani membayangkan Pak Narno punya blackberry, saya khawatir pak Narno kepingin HPnya Agnes Monica (blackberry –red) karena disepanjang jalan Slamet Riyadi sering melihat Agnes Monica pegang HP canggih itu. Yang lebih khawatir lagi kalau Pak Narno tidak mampu menghidupi keluarganya karena setiap bulan harus membayar nominal tertentu untuk blackberry. Toh dari segi kemanfaatan blackberry untuk Pak Narno, tentunya tidak akan terlalu banyak. Kecuali Pak Narno adalah seorang eksekutif, seperti yang diinginkan dahulu kala.

Author: Muh.Ahsan

Geoscience application specialist, technical evangelist, music lover, movie buff, and active blogger.

Tinggalkan Tanggapan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.