Menyemangati Diri untuk Ngeblog

Saya pernah merasa bahwa ngeblog merupakan sesuatu yang out dated, pasalnya saya merasa kehilangan partner. Cukup lama saya absen dari menulis (satu bulan hanya satu post) karena sekitar tahun 2012 saya ‘kehabisan’ teman ngeblog. Kiblat saya dalam blogging semisal kang Andy Marsudiyanto (KeCAKOT), Kang Ciwir (Kaum Biasa), Mbak Emi (Cemani), atau blogger yang sejaman pada tahun-tahun itu blog-nya mulai jablay. Efeknya tentu saja interaksi dengan mereka menjadi berkurang. Saya mulai kehilangan nyawa dalam hal kepenulisan. Terlebih lagi kemudian saya selesai sekolah, hampir sama sekali tidak menyentuh ranah kepenulisan. Lengkap sudah alasan saya untuk magrok (berhenti – JW) ngeblog.

Pertengahan tahun 2015 ini, meski sudah beraktifitas (bekerja) saya tergugah dan merasa perlu untuk beraktifitas kembali mengembangkan kemampuan diluar kemampuan yang pakem segawean (sesuai pekerjaan – JW). Timbul keinginan untuk kembali menghidupi blog dengan memberi asupan tulisan.

Pilihan saya ngeblog kembali bukan sesuatu yang ujug-ujug (tiba-tiba – JW) datang begitu saja. Pertimbangan saya adalah rasa eman (sayang – JW) kalau kebiasaan baik –semoga memang sebuah kebaikan– yang pernah saya jalani itu terhenti begitu saja, menghasilkan konten positif. Dalam beberapa kesempatan saya dipertemukan dengan blogger kenalan baru semacam Andri Keriting dan Kokoh Ahmad yang kemudian membuat saya merasa punya teman ngeblog lagi. Ditambah lagi, Mas Nanang yang meski menurut saya seolah tidak punya teman, masih sangat konsisten dalam hal tulis-menulis. Tak elok kalau masalah teman dijadikan alasan.

Menulis memang mudah, tetapi tidak semua orang bisa melakukannya. Seringkali ada benteng-benteng ketidakpercayaan diri yang membuat tulisan magrok menjadi draft atau bahkan masuk recycle bin. Pertimbangan rasa tidak pantas, tulisan wagu (aneh – JW), atau tulisan jelek kemudian saya kesampingkan.

Kalau bukan SARA, bukan SARU (tabu – JW), dan bukan pencemaran nama orang lain, selama konten positif – ya posting aja.

Cara saya supaya bisa terdorong untuk menghasilkan tulisan sederhana saja, berinteraksi meninggalkan jejak –komentar– di blog orang lain yang aktif menulis. Saya masih mempercayai ada blogger yang ngeblog dengan hati tetap akan berinteraksi balik dengan berkunjung ke blog si pemberi komentar, juga tujuannya untuk berinteraksi.

Saya merasa janggal kalau saya meninggalkan komentar ketika saya sendiri belum menghasilkan tulisan baru. Masak iya pas dikunjungi balik isi tulisannya masih sama. Ndak malu apa?

Getting Started: Windows Phone – Aktifkan Pengunci Layar

Ponsel kini sudah menjadi gadget yang sangat personal sehingga sudah selayaknya pengguna care terhadap keamanan ponsel. Kegunaannya tentu saja untuk melindungi data-data, membatasi akses orang lain terhadap ponsel yang kita miliki, dan yang lebih penting supaya data-data kita di dalam ponsel tetap aman sekalipun ponsel hilang. Pastikan anda selalu mengaktifkan fitur pengunci layar pada ponsel anda.

Bagi pengguna Windows Phone, berikut saya tunjukkan melalui video cara mengaktifkan pengunci layar ponsel (lock screen). Pada intinya, cara ini berlaku untuk seluruh ponsel Windows Phone baik itu ponsel low end semacam Lumia 420, 430, 435, atau ponsel Lumia 535, 540, 640, 640XL, dan bahkan juga untuk kelas high end semacam Lumia 920, 925, 930, 1020, dan 1520 dengan sistem operasi Lumia Denim 8.1.

Pada intinya adalah masuk ke Settings (Pengaturan), lock screen (pengunci Layar), dan aktifkan Password. Pilihan untuk password untuk Windows Phone berupa kombinasi angka dengan batasan minimal 4 karakter angka.

Getting Started: Windows Phone – Membuat Kontak Baru

Tulisan ini bisa jadi tidak teralalu penting, terlebih bagi orang yang sudah sangat melek teknologi dan cukup mengenal Windows Phone. Bagi pengguna pemula Windows Phone, barangkali cara ini bermanfaat untuk getting started Windows Phone. Cara ini berlaku untuk semua jenis ponsel Windows Phone mulai dari Lumia 430, Lumia 435, Lumia 540, Lumia 640, Lumia 730, hingga seri Lumia 1520 dengan Lumia Denim (Windows Phone 8.1).

Secara sederhana, yang perlu dilakukan adalah membuka daftar aplikasi (swipe ke kiri), kemudian cari aplikasi People, tekan tanda (+) di bagian bawah, masukkan informasi kontak, dan tekan gambar diskette/simpan.

Membuat Kontak di Windows Phone
Membuat Kontak di Windows Phone

Ya, memang cara tradisionalnya se-simple itu.

Mobizen, Android Screen Recording On The Fly

Tangkapan layar alias screen capture barangkali sudah lumrah bagi para pengguna ponsel pintar. Hampir semua ponsel pintar yang beredar saat ini sudah dilengkapi dengan fitur screen capture, baik yang dapat dilakukan dengan menekan kombinasi tombol ataupun dengan swipe layar seperti pada Samsung Galaxy Tab S 8.4“. Bagi maniak sharing experience game, atau sekedar pereview aplikasi, tentu screen capture menjadi fitur yang sangat diandalkan dalam membuat sebuah review.

Screen recording? Screen recording pada ponsel yaitu merekam apa yang ditampilkan dalam layar ponsel beserta perubahannya dan disimpan dalam bentuk video. Bagi developer, tentu sudah cukup terbiasa dengan istilah ini yang biasanya digunakan untuk membuat video preview atau test performa dari aplikasi. Screen recording identik dengan developer mode dan root. Ya, supaya dapat melakukan screen recording, biasanya developer melakukan rooting android device atau sekedar mengaktifkan USB debug. Tentu bukan langkah yang mudah dan aman bagi seorang pemula Android seperti saya. Apalagi rooting dapat mengakibatkan void waranty, menyebabkan garansi tidak berlaku.

Sudah beberapa kali saya mencari aplikasi untuk dapat melakukan screen recording. Pertama menemukan aplikasi untuk screen recording justru dengan menggunakan aplikasi bawaan Android SDK. Pun itu tak mudah, perekamannya dilakukan di komputer dan harus membuka bermacam pengaturan developer mode, USB debug, dan sebagainya dalam smartphone. Hasilnya? Ternyata perpindahan screen tidak smooth. Jangankan merekam screen, perpindahan antar menu saja delay/lag-nya sampai berdetik-detik. Terlebih device yang saya gunakan adalah Samsung Galaxy Tab S 8.4” yang dibekali layar beresolusi 2560x1600px. Tentu saja ini membutuhkan “bandwidth” besar melalui USB sekaligus aliran memori cepat di aplikasi Java yang terpasang di komputer.

Menggunakan aplikasi TeamViewer pun tak cukup membantu, sama-sama lag dalam perpindahan menu dan refresh rate layar meski sudah didukung jaringan berkecepatan 30Mbps untuk ponsel maupun komputernya. Awalnya saya pikir ini disebabkan oleh resolusi layar yang terlalu besar, tetapi ternyata hal yang sama juga berlaku di ponsel Sony Xperia C yang hanya beresolusi 1280x720px.

Adalah Mobizen, aplikasi yang dapat digunakan untuk merekam aktifitas layar dalam video. Cukup install aplikasi Mobizen di ponsel android, install plug-in sesuai dengan merek ponsel yang digunakan. Itu sudah cukup untuk melakukan aktifitas rekam-merekam tangkapan layar dalam bentuk video. Terlebih lagi, aplikasi ini tidak memerlukan media eksternal (misal komputer) untuk melakukan perekaman. Semua aktifitas dilakukan oleh ponsel itu sendiri, on the fly. Mulai dari menangkap tampilan layar realtime, memproses kumpulan gambar menjadi video, dan mengkonversinya menjadi video yang playable dan uploadable.

MobiZen Screen Recording
MobiZen Screen Recording

Selain dapat melakukan recording on the fly, Mobizen juga dapat menampilkan apa yang ditampilkan di layar ponsel ke komputer. Install aplikasi Mobizen untuk komputer, sambungkan ponsel dengan komputer. Selanjutnya aktifkan developer mode pada ponsel dan enable USB debug. Buka aplikasi Mobizen di ponsel dan di Komputer. Selanjutnya setelah login (pastikan sudah create account terlebih dahulu), seketika itu juga layar ponsel akan di-mirror ke komputer.

Perlakuan dan interaksi antara ponsel dengan komputer sama seperti aplikasi ponsel bersistem operasi Windows Phone yang didalamnya sudah menyematkan fitur Project My Screen dalam default penjualannya.

Berikut hasil screen recording tanpa akses root menggunakan Mobizen pada Samsung Galaxy Tab S 8.4″ dengan versi Android 4.4.2:

Lumia, Re-Review Kelas Menengah ke Flagship

Semuanya memiliki kesempatan berikutnya, kira-kira begitulah apa yang akan saya ulas kali ini. Paul Thurrot pernah mengatakan bahwa Windows Phone dengan Nokia (sekarang Microsoft Devices), PureView, dan optik Zeiss adalah kombinasi sempurna sebuah camera smartphone. Thurrot mengatakan bahwa Lumia 930 adalah smartphone paling perfect yang pernah dia miliki sepanjang masa.

Beberapa saat yang lalu saya baru saja kehilangan Lumia phone saya, Lumia 625H. Lumia 625H ini sudah saya pakai untuk jangka waktu sekitar satu tahun. Dari mulai masih menggunakan Lumia Amber, kemudian Lumia Black, Lumia Cyan, sampai terakhir Lumia Denim. Lumia 625H bukanlah smartphone “jagoan” yang dihasilkan Nokia, tetapi Lumia 625 adalah Lumia pertama dengan layar paling besar di segmen menengah. Layar Lumia 625H berukuran 4,7” merupakan layar terbesar dari Nokia Lumia yang dirilis pada saat itu. Soal Hardware, tentu tidak bisa dibandingkan dengan flagship produsen lain, tetapi pada intinya, Microsoft secara konsisten melakukan update terhadap semua device yang disangga dengan sistem operasinya, tak terkecuali.

Lumia 625H
Lumia 625H

Setelah kehilangan ponsel Lumia 625H (ponsel kedua yang saya beli), saya memutuskan untuk membeli ponsel untuk ketiga kalinya. Ponsel pertama yang saya beli adalah Nokia C6-00 bersistem operasi Symbian dengan keyboard slider. Dalam banyak pertimbangan, saya sedikit bimbang apakah akan beralih ke ponsel Android, iOS, atau tetap dengan Windows Phone. Pertimbangan utama saya adalah ponsel dengan kamera excelent dengan pengaturan yang bisa sesimple mungkin tetapi juga bisa like a pro. Beberapa kandidat adalah Samsung Galaxy Note 4, Sony Xperia Z3, iPhone 5s, Lumia 930, atau Lumia 1020. Pilihan saya jatuh pada Lumia 930 dengan Windows Phone, ponsel flagship Nokia terakhir sebelum berubah menjadi Microsoft Devices.

Lumia 930 adalah ponsel dengan kemampuan jaringan 4G LTE. Sebelumnya, saya sudah memiliki Samsung Galaxy Tab S 8,4” dengan kemampuan 4G LTE. Pada saat itu hanya operator Telkomsel yang menyediakan upgrade SIM Card menjadi USIM yang support 4G LTE. Saya upgrade SIM Card ke USIM, tetapi nomor Telkomsel saya adalah nomor ponsel untuk berkomunikasi telepon secara intensif. Tentu akan sangat aneh dilihat ketika saya menelpon menempelkan sebuah tablet 8,4” di kepala, meski saya sebenarnya sudah menggunakan bluetooth headset untuk antisipasi. SIM Card 4G LTE itulah satu sebab yang membuat saya memilih Lumia 930.

Lumia 930 adalah ponsel dengan display 1920×1080 Full HD AMOLED. Jelas ini adalah teknologi layar terbaik untuk saat ini. Sebelumnya saya sudah cukup merasa kesulitan dengan Lumia 625H yang hanya dilengkapi IPS LCD ketika beraktifitas di bawah teriknya Jakarta siang hari. Soal kontras warna, tentu saja AMOLED display jauh lebih baik dibandingkan IPS LCD, begitu yang saya rasakan ketika membandingkan display Samsung Galaxy Tab S 8,4” yang ber-AMOLED dengan Lumia 625H yang hanya ber-IPS LCD. Display AMOLED itulah penyebab kedua saya memilih Lumia 930.

Lumia 930 adalah ponsel dengan Windows Phone 8.1, Lumia Denim. Saya adalah fan Microsoft sejak masih kuliah. Begitu juga ketika menggunakan Lumia 625H, saya sangat excited dengan informasi-informasi seputar Windows Phone. Saya pernah melalui masa-masa Lumia Amber sampai dengan Lumia Denim. Saya bisa menyimpulkan bahwa semua device yang disangga sistem operasi Windows Phone akan selalu mendapatkan update, apapun spesifikasi hardware-nya. Update software di semua lini Windows Phone adalah sebab ketiga saya memilih Lumia 930.

Lumia 930 adalah ponsel dengan Kamera 20MP, PureView, Zeiss Optic dan software Lumia Camera. Tak perlu tanya lagi bagaiman kemampuan Nokia dalam menciptakan camera phone, tengoklah bagaimana kemampuan Lumia 1020. Saya sebelumnya adalah pengguna Lumia 625H yang hanya dilengkapi kamera 5MP autofocus tanpa ada enhancement PureView maupun Zeiss Optic. Hanya ada Lumia Camera. Mencoba kemampuan dari Lumia Camera sudah cukup membuat saya bisa menyimpulkan software Lumia Camera adalah software terbaik dari ponsel kamera dengan kemampuan setting manualnya yang simple dan sangat pro-friendly. Pengaturan fokus manual, ISO manual, shutter speed manual, exposure manual, dan white balance manual adalah apa yang sudah lumrah muncul di kamera professional dan didatangkan ke Lumia Camera dengan pengaturan semirip mungkin. Kemampuan dan fungsionalitas kamera adalah sebab keempat saya memilih Lumia 930.

Desain yang kokoh dan unik, warna putih yang berkelas, dan berbagai aplikasi terbaik hanyalah sebuah bonus. Kehadiran Windows 10 bisa jadi masih perlu dinanti. Belum lagi kemunculan flagship Microsoft Devices yang rumornya adalah 940 dan 940XL pun saat ini masih samar-samar, dan kemungkinan tidak dalam waktu dekat ini. Tentu Lumia 930 menjadi pilihan terbaik dari ponsel Windows Phone yang ada saat ini.

Tidak ada Windows Phone dan Android lain yang pernah saya miliki bisa “berdiri” stabil tanpa disangga.
Tidak ada Windows Phone dan Android lain yang pernah saya miliki bisa “berdiri” stabil tanpa disangga.