Mengukur Kualitas Kecepatan Akses

Kecepatan akses adalah salah satu faktor penting yang sangat dipertimbangkan oleh pengunjung website. Dari beberapa hasil survey yang dilakukan oleh beberapa pihak menunjukkan demikian. Untuk pengguna di seluruh dunia, jika halaman website tidak muncul dalam waktu tiga detik, user akan segera menutup window/tab alamat website yang sedang diakses. Mungkin perilaku pengunjung dari Indonesia-lah yang istimewa, rela menunggu hingga setengah menit. Baru setelah benar-benar muncul “can not connect” baru ditutup. Saya adalah salah satu penikmat web yang agak peduli dengan kecepatan akses suatu website, sekedar untuk nglegani orang yang sudah rela mengakses website saya. Saya jelas bukan orang yang terlalu peduli dengan SEO. Bagi saya yang penting orang yang membutuhkan informasi dari website saya dapat berkunjung ke website saya tanpa harus menunggu lama.

Meski hasil analisa GTmetrix.com menunjukkan hasil yang belum sempurna, setidaknya sudah lumayan untuk pengunjung dari Indonesia dengan tingkat kesabaran tinggi.

Dinamika Cuaca di kawah Kelud

Perubahan cuaca di kawah Gunung Kelud yang begitu cepat antara kabut, panas, dan hujan (percepatan 800%). Di sebelah kiri adalah kubah lava Gunung Kelud yang terbentuk pada erupsi tahun 2007.

Nyemplung ke kawah gunung api adalah menu makan sore wajib bagi mahasiswa geofisika yang tertarik terhadap pengamatan gunung api. Bukan hanya mengamati menggunakan mata (pengamatan visual), lebih dari itu monitoring dilakukan untuk melihat kondisi di sekitar kawah dengan metode-metode geofisika, analisa kegempaan, analisa deformasi dengan data GPS, “melihat” kondisi dapur magma melalui pemantauan medan potensial gravitasi, magnetotellurik, dan hiposenter-hiposenter dari setiap event gempa yang terekam pada seismogram.

http://www.youtube.com/watch?v=NBH7Uk8KYVo

Tips Wisata Akhir Tahun Yogyakarta

Banyak orang mengincar wisata ke luar kota pada liburan akhir tahun. Kota tujuan wisata yang cukup populer adalah Yogyakarta. Yogyakarta memang memiliki banyak sekali alasan yang kuat bagi orang-orang untuk mendatanginya. Tak sedikit orang dari luar kota memilih Yogyakarta karena ingin bernonstalgia masa-masa sekolah atau kuliah jaman dahulu. Urusan berlibur memang bukan asal-asalan waton mlaku. Liburan itu bisa dinikmati kalau semuanya terencana dengan baik. Mulai dari tahap persiapan sampai apa yang didapatkan pasca liburan. Apa saja yang perlu dipersiapkan dan diketahui bagi para wisatawan yang berlibur ke Yogyakarta akhir tahun ini?


Kesabaran. Ini yang sangat penting untuk dipersiapkan dan dimiliki oleh para wisatawan dari luar kota. Beberapa warga Yogyakarta mengeluhkan tentang ketidaksopanan wisatawan yang menggunakan mobil pribadi di jalan raya. Yogyakarta adalah daerah istimewa yang “slow“, jadi kalau ingin menikmati liburan silakan ikuti irama pergerakan kehidupan di Yogyakarta. Jangan membawa keganasan lalulintas kota anda di Yogyakarta. Pengendara mobil jangan menyerobot jalur khusus kendaraan roda dua, pengendara kendaraan roda dua jangan menyerobot jalur pesepeda, dan pesepeda jangan menyerobot jalur khusus pejalan kaki. Hindari untuk melakukan tindakan tidak sopan, misal turun dari badan jalan dan mengambil trotoar untuk meletakkan ban kendaraan anda.

Hindari jalan utama. Yogyakarta memang sangat jarang mengalami kemacetan, tetapi untuk liburan akhir tahun ini entah kenapa beberapa ruas jalan utama sering macet. Pilih jalur-jalur alternatif untuk menuju obyek wisata yang ingin dikunjungi. Tanyakan kepada warga setempat, anda akan ditunjukkan jalur alternatif dikala macet. Orang Yogyakarta terkenal segan kalau anda sopan. Matikan mesin kendaraan anda jika ingin bertanya kepada orang di pinggir jalan, keluarlah dari mobil anda saat ingin bertanya. Kalau menggunakan sepeda motor, anda juga perlu melepas helm anda jika bertanya kepada orang. Begitu norma kesopanan yang perlu anda ketahui saat di Yogyakarta.

Pilihan obyek wisata. bagi orang luar kota, biasanya memilih beberapa obyek wisata yang cukup terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan. Pilih beberapa obyek wisata alternatif lain yang tidak banyak diketahui orang luar kota. Silakan tanya kepada kerabat di Yogyakarta, teman yang sedang tinggal di Yogyakarta, atau orang yang anda kenal yang tinggal di Yogyakarta. Mereka akan menyarankan obyek wisata “baru” yang tak kalah eksotik untuk dikunjungi. Tentu saja bukan tempat yang sangat ramai dan macet. Beberapa obyek wisata yang sangat ramai saat liburan akhir tahun adalah pantai Parangtritis, Keraton Yogyakarta, Bonbin, Malioboro, dan Prambanan. Anda bisa memilih pantai-pantai di Gunung Kidul semisal Indrayanti, Sundak, atau Wedi Ombo sebagai alternatif pantai Parangtritis dan Candi Ratu Boko sebagai alternatif dari candi Prambanan.

Payung. Benda ini mutlak sangat berguna karena saat ini Yogyakarta hampir setiap hari diguyur hujan. Curah hujan di Yogyakarta saat ini sedang pada posisi yang sangat tinggi. Berdasarkan pengalaman menggunakan ilmu titen, hujan di Yogyakarta rerata datang pada siang hari sampai menjelang sore, yaitu antara pukul 12.00 siang hari sampai pukul 17.00 sore hari. Ditambah kalau malam hari biasanya datang pukul 00.00 dini hari sampai pukul 02.00.

Sandal jepit. Sandal jepit merupakan bawaan yang perlu dibawa karena alasan hujan. Jangan memakai sepatu saat hujan karena saat ini curah hujan tinggi. Beberapa ruas jalan mengalami banjir saat hujan deras. Meski tak sampai setinggi mata kaki, tetapi sudah cukup kalau hanya sekedar membasahi sepatu. Berjalan-jalan dengan sepatu basah bukanlah pilihan yang nyaman, jadi sediakan sandal jepit untuk dipakai saat hujan.

Magelang. Sempatkan juga berkunjung ke Magelang untuk menikmati Ketep Pass, Candi Borobudur, rafting Kali Progo, air terjun Sekar Langit, Telaga Bleder. Beberapa obyek wisata di Magelang memang tidak seterkenal obyek wisata di Yogyakarta tetapi tidak kalah menarik dengan obyek wisata di Yogyakarta. Bagi penikmat wisata alam, naik ke puncak gunung Sumbing atau Merbabu adalah pilihan yang bagus untuk menikmati indahnya kembang api malam tahun baru.

Berwisata bertujuan untuk menyegarkan pikiran dan keluar dari rutinitas sejenak supaya anda “terlahir” layaknya manusia yang berpikiran jernih. Bawalah hal positif yang anda dapatkan selama liburan.

Ibrahim dan Ismail Hidup Tahun 2011

Idul Qurban merupakan hari-hari yang istimewa bagi umat Islam, terlebih yang sudah diberi kesempatan melaksanakan ibadah haji (bukan naik haji). Dalam Idul Qurban tentunya masih tak lepas dari menyembelih hewan Qurban. Biasanya kalau ketemu orang atau tetangga kampung pasti ditanya, “kampungmu nyembelih berapa?”. Selanjutnya muncul rasa “jumowo” kalau di kampungnya nyembelih puluhan sapi dan ratusan kambing. Ada sesuatu yang bisa dibanggakan atas kampungnya.

Mengenai sembelih-sembelihan, tentu tak lepas dari cerita sejarahnya Ibrahim dan Ismail. Ibrahim yang diberi mandat untuk nyembelih Ismail. Untung saja Ismail itu anak yang Sholeh, manut sama bapaknya. Untung lagi karena mereka hidup pada jamannya, bukan jaman sekarang.

Kalau Ismail adalah pemuda jaman sekarang maka tentu saja justru malah mengira bapaknya wis edan. Tak cukup menganggap edan, lantas Ismail lapor ke polisi mengenai rencana penyembelihan atas dirinya. Pasti segera Ibrahim “diamankan”.

Itu cerita kalau Ismail seorang pemuda trendsetter jaman sekarang. Nah kalau Ismail memang bener-bener nurut sama bapaknya, tapi mereka hidup di jaman sekarang pasti beda lagi, meski ujung-ujungnya sama. Ketika Ibrahim sharing ke Ismail mengenai rencana penyembelihan itu maka Ismail manut, “nggih pak kula nderek panjenengan mawon”.

Dalam perjalanan menuju TKP untuk “penyembelihan” mereka kepergok tetangga dan ditanya, “Pak Brahim, mau kemana kok bawa pisau segede itu?”. Ibrahim pun menjawab, “Ini mas Samidi, mau nyembelih Ismail”. Begitu mendengar Ibrahim mau menyembelih Ismail maka mas Samidi langsung membunyikan alarm darurat dan segera tetangga-tetangga mengamankan Ismail dan Ibrahim. Selanjutnya, Ibrahim pun dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.

Sekalipun Ibrahim sudah bilang kalau rencananya itu beneran disetujui oleh Ismail dan itu sudah perintah dari Allah, tetap saja polisi tidak akan melepaskan Ibrahim karena polisi tidak punya bukti fisik sebagai jaminan bahwa itu perintah Allah.

Sampah

Sampah, sampah dalam arti secara fisik tanpa dimajaskan.

Hari Jumat sore lalu mendadak saya ingin ganti suasana kamar kos. Segera saat itu juga saya mengeluarkan sebagian barang dari dalam kamar. Kamar saya bersihkan, beberapa sudut kamar saya pel, dan barang yang ada di dalam kamar saya tata ulang. Beberapa barang yang terlihat “kumuh” saya sortir. Barang yang saya rasa sudah tidak saya gunakan segera saya pack dan pindahkan ke rak depan kamar. Setelah selesai membersihkan kamar, barang-barang yang tadinya saya keluarkan dan masih saya manfaatkan saya masukkan kembali. Saya tata secara berbeda dari penataan kamar sebelumnya.

Dalam waktu hanya dua minggu ternyata saya sudah mengumpulkan sampah di dalam kamar hampir satu keranjang sampah penuh. Sampah yang saya maksud berupa ballpen yang sudah macet, bungkus obat, sikat gigi rusak, baterai sekarat, plastik kresek, masker anti debu, kabel-kabel, RAM rusak, mainboard rusak, dan beberapa barang “awet” lainnya. Bagi saya itulah sampah sebenarnya, karena barang-barang seperti itu membutuhkan waktu sangat lama untuk bisa terdekomposisi menjadi material yang clean and save for environment (*pura-pura jadi duta lingkungan*)

Ada hampir satu rim kertas yang kemungkinan sudah tidak saya gunakan kembali. Sampah kertas? Bukan, kertas-kertas itu bukan sampah. Saya mengumpulkannya dan saya letakkan ke dalam rak berukuran besar di depan kamar. Berharap suatu ketika ada yang membutuhkan atau bersedia memanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat, misal untuk bungkus tempe.

Sudah menjadi kebiasaan di kosku setiap anak yang memiliki kertas bekas atau buku yang dimungkinkan tidak dipakai kembali diletakkan di rak depan kamarku. Tentu saja kebiasaan ini sangat berguna. Setiap kali rak hampir penuh, salah satu diantara anak kos memanggil pembeli kertas kiloan. Kertas-kertas itu kemudaian “disulap” menjadi beberapa receh uang sekedar untuk membeli jagung manis untuk dibakar bareng-bareng di halaman tengah kos.

Terkadang saya melihat isi rak, siapa tahu ada buku atau beberapa lembar kertas yang masih bisa dimanfaatkan. Kata si Data, saya itu open. Open bukan bahasa Inggris yang berarti buka, open yang dimaksud adalah memiliki kebiasaan ngopeni (merawat) barang-barang apa saja yang kemungkinan masih bisa saya manfaatkan. Open ini bukan penyakit lho. Sisi positif dari orang yang open adalah care terhadap apa saja dan siapa saja. Sisi negatifnya, orang open membutuhkan ruang lebih untuk menyimpan barang-barang yang diopeni. Mungkin karena itulah saya tidak menyukai ruangan yang sempit dan selalu memilih kamar kos terluas.

Kepedulian anak-anak kos untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan kos sangat menyenangkan. Lingkungan bersih menimbulkan suasana yang nyaman dan betah saat menempati, terlebih di halaman tengah rumah kos terdapat pohon jambu yang hampir setiap saat berbuah. Selain membuat sejuk halaman tengah, keberadaan pohon jambu ini terasa sekali manfaatnya karena selalu menghasilkan buah yang siapa saja boleh memetik.

Srawung antar anak kos juga terjaga karena di halaman tengah kos terdapat public space untuk ngobrol bareng, nongkrong bareng, atau makan bareng di halaman tengah. Mungkin ini terjadi karena masalah pengelolaan kos (dalam artian perawatan dan urusan kelistrikan) oleh pemilik kos sudah sepenuhnya dipasrahkan ke anak-anak kos. Tentu saja tetap ada kontrol dari pemilik kos untuk urusan kebersihan dan keamanan.

*cerita lain*
Di kampung halaman saya (Magelang) ada sebuah sentra kerajinan di daerah Trunan (sekitar Bukit Tidar) yang membuat tempat sampah dari ban-ban bekas. Tentu saja yang digunakan adalah ban-ban besar semacam ban truk atau ban bus pariwisata. Sentra kerajinan ini selalu kebanjiran order saat menjelang lebaran, tahun ajaran baru, dan saat ada mahasiswa KKN. Salah satu pengrajin yang saya kenal bernama Salman, di dalam kontak HP saya memberi nama “Salman Sampah“. Kok sampah? Karena setiap kali saya mendengar kata sampah yang saya pikirkan adalah tempatnya, bukan sampahnya.