Solusi Menuju Indonesia Mandiri Energi

Berbicara mengenai mandiri energi, sebagai bangsa Indonesia selayaknya kita prihatin dengan kondisi kemandirian energi Indonesia. Dalam berbagai diskusi dan publikasi banyak diungkapkan bahwa taraf kemandirian energi Indonesia berada dalam ambang kritis. Penurunan produksi minyak bumi sebagai penopang utama sumber energi dalam beberapa tahun terakhir dan semakin banyaknya masyarakat yang terkesan konsumtif serta boros energi semakin membawa Indonesia ke ranah yang lebih kritis dan semakin jauh dari kelas bangsa yang mandiri energi.

Pemerintah tak bosan-bosan menyerukan hemat energi. Sejauh ini sama sekali tak terlihat kecenderungan mayoritas masyarakat untuk mulai berhemat. Bila ditanyakan mengenai solusi supaya bisa mandiri energi maka saya memiliki pendapat pribadi yang bisa jadi sangat berbeda. Solusinya dengan mencabut subsidi BBM untuk kendaraan pribadi, menaikkan tarif dasar listrik untuk penggunaan rumah tangga, dan dana subsidi dialihkan untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur. Ketiga solusi ini sebaiknya dilaksanakan bersamaan dan didukung oleh media masa dalam mengedukasi masyarakat dan transparansi.

Dengan hilangnya subsidi untuk kendaraan pribadi, kecenderungan masyarakat untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi secara otomatis akan kembang. Moda transportasi umum kemudian menjadi primadona dalam berkendaraan. Volume kendaraan akan semakin berkurang, kemacetan berkurang, pemborosan BBM di jalan berkurang. Sudah bisa dipastikan akan adanya penghematan sumber energi dalam jumlah besar terutama penggunaan minyak bumi. Pengalihan dana subsidi salah satunya untuk memperbaiki fasilitas umum seperti perbaikan terminal dan perbaikan fasilitas moda transportasi umum.

Naiknya harga BBM sudah pasti membawa efek kejut bagi masyarakat, tetapi dari pengalaman berkali-kali kenaikan BBM di Indonesia hampir tidak ada efek yang sangat signifikan. Kenaikan harga bahan pokok pun pada akhirnya masyarakat tetap mampu untuk menyesuaikan kebutuhan dan belanjanya. Jadi ketika terjadi kenaikan harga BBM yang perlu dilakukan masyarakat adalah menyesuaikan kebutuhan belanjanya.

Masyarakat sudah sangat tahu sebenarnya kebijakan mensubsidi BBM ini lebih menguntungkan golongan rakyat kaya. Kalau memang pemerintah masih membela rakyat miskin, kenapa pemerintah harus tetap lebih memfasilitasi golongan rakyat kaya?

Pemerintah bersama wakil rakyat hanya memerlukan keberanian untuk menaikkan harga BBM ke tingkat harga tanpa subsidi untuk kendaraan pribadi dan membuat perencanaan pemanfaatan anggaran hasil pengalihan subsidi. Sedangkan yang diperlukan oleh masyarakat adalah sabar dan percaya kepada pemerintah. Selain sabar untuk efek kejut juga harus sabar karena dampak positifnya tidak akan seketika itu juga bisa langsung dirasakan.

Selain menaikkan harga BBM, kebijakan kenaikkan harga tarif dasar listrik untuk segmen yang non-produktif (penggunaan rumah tangga) dan menurunkan harga TDL untuk sektor produktif (penggunaan industri) juga perlu dilakukan. Tujuan utamanya adalah untuk memaksa masyarakat berhemat dan meningkatkan iklim investasi di Indonesia. Tanpa kenaikan TDL masyarakat tetap akan memiliki kecenderungan untuk boros listrik. Harga listrik untuk industri yang murah adalah salah satu parameter yang sangat dipertimbangkan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Investor yang dimaksud bukan hanya investor asing tetapi juga investor dalam negeri. Dari segi bisnis sumber energi untuk listrik, harga listrik yang tidak murah menjadi daya tarik untuk berinvestasi di bidang sumber energi.

Para ahli geoteknik dan ahli nuklir telah memberikan jawaban mengenai sumber energi masa depan. Ahli geoteknik telah lama menawarkan solusi panas bumi sebagai sumber energi baru terbarukan, terlebih Indonesia memiliki 40% dari total potensi panas bumi terbesar sedunia. Indonesia merupakan negara dengan potensi geotermal terbesar di dunia. Begitu pun dengan ahli nuklir saya kira telah memberikan solusi teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir.

Untuk saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa bisnis di bidang penambangan panas bumi tidak menarik karena memerlukan modal yang sangat besar tetapi harga jual listrik terlalu rendah di Indonesia. Regulasi pemerintah tentang usaha penambangan panas bumi juga terkesan memaksa investor untuk merugi terlebih dahulu sejak awal, bahkan jauh sebelum berproduksi. Hal ini akan mempersulit pemerintah sendiri yang telah membuat road map penggunaan sumber energi panas bumi sebesar 9,5 GW pada tahun 2025 nanti.

Indonesia tak akan pernah lepas dari jeratan minyak bumi, tetapi Indonesia bisa tidak bergantung dengan keberadaan minyak bumi. Minyak bumi selalu diperlukan, hanya saja volume dan nilai kepentingannya bisa diminimalkan.

Sebelum menelurkan kebijakan ini, yang perlu dilakukan pemerintah adalah menginformasikan dan mengedukasi masyarakat, mengedukasi lembaga-lembaga swadaya masyarakat, dan mengedukasi media massa supaya bisa memahami rencana dan tujuan kebijakan tentang BBM dan listrik ini. Selama ini masyarakat selalu menolak kebijakan kenaikan harga BBM karena ketidaktahuan tujuan dan rencana pengalokasian dana hasil pengalihan subsidi. Pemerintah sudah cukup transparan dalam membuat perencanaan, tetapi pemerintah juga perlu menyampaikan kepada masyarakat. Media massa adalah jawaban komunikasi top-bottom antara pemerintah dan masyarakat. Selama ini pemerintah terkesan kurang memanfaatkan media massa untuk berkomunikasi dan mengedukasi masyarakat yang pada akhirnya media massa kehilangan konten-konten positif tentang kebijakan pemerintah.

Saya meyakini setiap kebijakan pemerintah memiliki tujuan positif. Tinggal bagaimana pemerintah bisa berkomunikasi dengan baik kepada masyarakat untuk menyampaikan dan mengedukasi masyarakat. Masyarakat pun yang kini sudah cukup cerdas seharusnya tidak skeptis dan berburuk sangka terhadap pemerintah. Toh masyarakat bersama media massa bisa mengawal pelaksanaan dan implementasi yang dikerjakan oleh pemerintah.

Tulisan berseri: Indonesia Mandiri Energi

  1. Mengurangi Ketergantungan Terhadap Minyak
  2. Solusi Menuju Indonesia Mandiri Energi
  3. Geotermal – Energi Hijau, Energi Masa Depan
  4. CBM dan Shale Gas, Hidrokarbon Lainnya

Solve WordPress function.stripos Error

Click This (See Update – 19 December 2012)

Warning: stripos() [function.stripos]: needle is not a string or an integer in /home/user/public_html/wp-includes/function.php on line 658


METHODE 1


This stripos function error caused by WordPress and Jetpack plugin. Not all of Jetpack module caused this error. It is caused by share module. So to solve this problem, go to wordpress administrator (dashboard), click Jetpack, click Learn More on sharing module box, then last action click deactivate.

Check again your page that shown error warning.

Voila, everything all right…

Note: Your sharing button on the end of your post will disappear, it is take effective and quick if you have too much posts that show error.


METHODE 2


  1. Go to your wordpress back end (dashboard).
  2. Click Posts (or All Posts).
  3. Click edit on your post that show “function.stripos” error.
  4. Focus on featured image, click add featured image.
  5. Upload or use some image in your media library as featured image.
  6. Set featured image, then click update post.
  7. After updated, view your post for final check.

Note: This is better solution without disabling your sharing button, but if you have too much posts that shown error you will so tired to edit each post one by one.


Go to this wordpress support thread will help you how to fix this error, better if you have a lite experience to edit PHP code. http://wordpress.org/support/topic/jetpack-youtube-embeds#post-3616676


Arduino Differential ADC and Gain ADC

Arduino is an open source hardware kit that widely used by any electronic control and automation geeks around the world. Analog data acquisition system is useful things inside Arduino. By default, ADC programming system inside Arduino setting up in single ended mode. Means analog input in range only from 0V to +5V, or in another way from 0V to Vref, there are no negative input on Arduino analog pin.

I try to make Arduino enabled their differential input support (read ATmega2560 datasheet p.290-292 table 26-4). Other way, also I try to enabling gain inside ATmega2560 microcontroller. So, you can use this differential input ±4.5V (read datasheet p379) for your analog data acquisition system and use analog input with gain 1x, 10x, or 200x. This wiring_differential.c is a modification from wiring_analog.c inside Arduino.

/*
  wiring_differential.c - analog differential input
  by Muh Nahdhi Ahsan http://sekarlangit.com/arduino-differential-gain.php

  This library is free software; you can redistribute it and/or
  modify it under the terms of the GNU Lesser General Public
  License as published by the Free Software Foundation; either
  version 2.1 of the License, or (at your option) any later version.

  This library is distributed in the hope that it will be useful,
  but WITHOUT ANY WARRANTY; without even the implied warranty of
  MERCHANTABILITY or FITNESS FOR A PARTICULAR PURPOSE.  See the GNU
  Lesser General Public License for more details.

  You should have received a copy of the GNU Lesser General
  Public License along with this library; if not, write to the
  Free Software Foundation, Inc., 59 Temple Place, Suite 330,
  Boston, MA  02111-1307  USA

  wiring_differential.c modified from wiring_analog.c
  wiring_analog.c - Copyright (c) 2005-2006 David A. Mellis
  wiring_analog.c - modified 28 September 2010 by Mark Sproul
  wiring_analog.c - Part of Arduino - http://arduino.cc

  $Id: wiring.c 248 2007-02-03 15:36:30Z mellis $
*/

#include "wiring_private.h"
#include "pins_arduino.h"

uint8_t analog_reference = DEFAULT;

void analogReference(uint8_t mode)
{
	// can't actually set the register here because the default setting
	// will connect AVCC and the AREF pin, which would cause a short if
	// there's something connected to AREF.
	analog_reference = mode;
}

// Read Analog Differential without gain (read datashet of ATMega1280 and ATMega2560 for refference)
// Use analogReadDiff(NUM)
// NUM	|	POS PIN		|	NEG PIN		| 	GAIN
//	0	|	A0			|	A1			|	1x
//	1	|	A1			|	A1			|	1x
//	2	|	A2			|	A1			|	1x
//	3	|	A3			|	A1			|	1x
//	4	|	A4			|	A1			|	1x
//	5	|	A5			|	A1			|	1x
//	6	|	A6			|	A1			|	1x
//	7	|	A7			|	A1			|	1x
//	8	|	A8			|	A9			|	1x
//	9	|	A9			|	A9			|	1x
//	10	|	A10			|	A9			|	1x
//	11	|	A11			|	A9			|	1x
//	12	|	A12			|	A9			|	1x
//	13	|	A13			|	A9			|	1x
//	14	|	A14			|	A9			|	1x
//	15	|	A15			|	A9			|	1x

int analogReadDiff(uint8_t pin)
{
	uint8_t low, high;

#if defined(__AVR_ATmega1280__) || defined(__AVR_ATmega2560__)
	if (pin >= 54) pin -= 54; // allow for channel or pin numbers
#elif defined(__AVR_ATmega32U4__)
	if (pin >= 18) pin -= 18; // allow for channel or pin numbers
#elif defined(__AVR_ATmega1284__)
	if (pin >= 24) pin -= 24; // allow for channel or pin numbers
#else
	if (pin >= 14) pin -= 14; // allow for channel or pin numbers
#endif

#if defined(__AVR_ATmega32U4__)
	pin = analogPinToChannel(pin);
	ADCSRB = (ADCSRB & ~(1 << MUX5)) | (((pin >> 3) & 0x01) << MUX5);
#elif defined(ADCSRB) && defined(MUX5)
	// the MUX5 bit of ADCSRB selects whether we're reading from channels
	// 0 to 7 (MUX5 low) or 8 to 15 (MUX5 high).
	ADCSRB = (ADCSRB & ~(1 << MUX5)) | (((pin >> 3) & 0x01) << MUX5);
#endif
	// set the analog reference (high two bits of ADMUX) and select the
	// channel (low 4 bits).  this also sets ADLAR (left-adjust result)
	// to 0 (the default).
#if defined(ADMUX)
	ADMUX = (analog_reference << 6) | ((pin | 0x10) & 0x1F);
#endif

	// without a delay, we seem to read from the wrong channel
	//delay(1);

#if defined(ADCSRA) && defined(ADCL)
	// start the conversion
	sbi(ADCSRA, ADSC);

	// ADSC is cleared when the conversion finishes
	while (bit_is_set(ADCSRA, ADSC));

	// we have to read ADCL first; doing so locks both ADCL
	// and ADCH until ADCH is read.  reading ADCL second would
	// cause the results of each conversion to be discarded,
	// as ADCL and ADCH would be locked when it completed.
	low  = ADCL;
	high = ADCH;
#else
	// we dont have an ADC, return 0
	low  = 0;
	high = 0;
#endif

	// combine the two bytes
	return (high << 8) | low;
}

// Read Analog Differential with gain (read datashet of ATMega1280 and ATMega2560 for refference)
// Use analogReadGain(NUM)
// NUM	|	POS PIN		|	NEG PIN		| 	GAIN
//	0	|	A0			|	A0			|	10x
//	1	|	A1			|	A0			|	10x
//	2	|	A0			|	A0			|	200x
//	3	|	A1			|	A0			|	200x
//	4	|	A2			|	A2			|	10x
//	5	|	A3			|	A2			|	10x
//	6	|	A2			|	A2			|	200x
//	7	|	A3			|	A2			|	200x
//	8	|	A8			|	A8			|	10x
//	9	|	A9			|	A8			|	10x
//	10	|	A8			|	A8			|	200x
//	11	|	A9			|	A8			|	200x
//	12	|	A10			|	A10			|	10x
//	13	|	A11			|	A10			|	10x
//	14	|	A10			|	A10			|	200x
//	15	|	A11			|	A10			|	200x

int analogReadGain(uint8_t pin)
{
	uint8_t low, high;

#if defined(__AVR_ATmega1280__) || defined(__AVR_ATmega2560__)
	if (pin >= 54) pin -= 54; // allow for channel or pin numbers
#elif defined(__AVR_ATmega32U4__)
	if (pin >= 18) pin -= 18; // allow for channel or pin numbers
#elif defined(__AVR_ATmega1284__)
	if (pin >= 24) pin -= 24; // allow for channel or pin numbers
#else
	if (pin >= 14) pin -= 14; // allow for channel or pin numbers
#endif

#if defined(__AVR_ATmega32U4__)
	pin = analogPinToChannel(pin);
	ADCSRB = (ADCSRB & ~(1 << MUX5)) | (((pin >> 3) & 0x01) << MUX5);
#elif defined(ADCSRB) && defined(MUX5)
	// the MUX5 bit of ADCSRB selects whether we're reading from channels
	// 0 to 7 (MUX5 low) or 8 to 15 (MUX5 high).
	ADCSRB = (ADCSRB & ~(1 << MUX5)) | (((pin >> 3) & 0x01) << MUX5);
#endif
	// set the analog reference (high two bits of ADMUX) and select the
	// channel (low 4 bits).  this also sets ADLAR (left-adjust result)
	// to 0 (the default).
#if defined(ADMUX)
	ADMUX = (analog_reference << 6) | ((pin | 0x08) & 0x0F);
#endif

	// without a delay, we seem to read from the wrong channel
	//delay(1);

#if defined(ADCSRA) && defined(ADCL)
	// start the conversion
	sbi(ADCSRA, ADSC);

	// ADSC is cleared when the conversion finishes
	while (bit_is_set(ADCSRA, ADSC));

	// we have to read ADCL first; doing so locks both ADCL
	// and ADCH until ADCH is read.  reading ADCL second would
	// cause the results of each conversion to be discarded,
	// as ADCL and ADCH would be locked when it completed.
	low  = ADCL;
	high = ADCH;
#else
	// we dont have an ADC, return 0
	low  = 0;
	high = 0;
#endif

	// combine the two bytes
	return (high << 8) | low;
}

For using this library, follow this procedure:

  1. Download this AnalogDiff library first. (download here)
  2. Extract to anywhere on your disk.
  3. Copy AnalogDiff folder file to this directory: <arduino_dir>/libraries. Else, just copy wiring_differential.c to <arduino_dir>/hardware/arduino/cores/arduino
  4. Add this library into your code first by writing #include <wiring_differential.c>

Use analogReadDiff(num) on your code for read analog input in differential mode without gain or use analogReadGain(num) for read analog input with gain. Please refer to this table below for num inside and analog input pin for your input.

Actually, for this now I just test for differential on A0 and A1 channel with AnalogReadDiff(0). Another test applied on Analog read differential with 10x gain by using AnalogReadGain(1) and 200x gain with AnalogReadGain(3). Please correct me about the table (I think something went wrong about pin numbering).

This is a simple sample code how to use differential ADC and gain ADC, modified from Analog Read Serial basic sample code (compiled with Arduino 1.0.1).

/*
  AnalogReadSerial
  Reads an analog input on pin 0, prints the result to the serial monitor.
  Attach the center pin of a potentiometer to pin A0, and the outside pins to +5V and ground.

 This example code is in the public domain.
 */

#include <wiring_differential.c>

// the setup routine runs once when you press reset:
void setup() {
  // initialize serial communication at 9600 bits per second:
  Serial.begin(9600);
}

// the loop routine runs over and over again forever:
void loop() {
  // read the input on analog pin 0:
  int sensorSended = analogRead(A0); // reading single ended input A0 - GND
  int sensorDiff = analogReadDiff(0); // reading differential A0 - A1
  int sensorGain10 = analogReadGain(1); // reading differential gain 10x A0 - A1
  int sensorGain200 = analogReadGain(3); // reading diferential gain 200x A0 - A1

  // arrange integer value (read ATMega 2560 Datashet p.288) figure 26-15
  if (sensorDiff > 511 )
  {
    sensorDiff = sensorDiff - 1023 ;
  }
  if (sensorGain10 < 511 )
  {
    sensorGain10 = -1 * sensorGain10 ;
  }
  else
  {
    sensorGain10 = -1 * ( sensorGain10 - 1023 ) ;
  }
  if ( sensorGain200 < 511 )
  {
    sensorGain200 = -1 * sensorGain200 ;
  }
  else
  {
    sensorGain200 = -1 * ( sensorGain200 - 1023 ) ;
  }

  Serial.print("Single ended reading : ");
  Serial.println(sensorSended);
  Serial.print("Differential reading : ");
  Serial.println(sensorDiff);
  Serial.print("Differential 10x gain reading : ");
  Serial.println(sensorGain10);
  Serial.print("Differential 200x gain reading : ");
  Serial.println(sensorGain200);
  delay(1000);        // delay for a while
}

Update: March, 27th 2013

Geotermal – Energi Hijau, Energi Masa Depan

Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia, yaitu 40% dari seluruh potensi panas bumi di dunia. Potensi ini merupakan salah satu modal untuk memenuhi kebutuhan listrik yang terus meningkat secara eksponen. Energi yang dihasilkan dari sistem pembangkit listrik yang ada saat ini baru memenuhi 76% dari kebutuhan listrik Indonesia. Keadaan ini memaksa pemerintah untuk terus mengusahakan terpenuhinya kebutuhan listrik dengan mempercepat pembangunan pembangkit listrik dengan sumber energi baru terbarukan dan ramah lingkungan. Diantara beberapa sistem pembangkit listrik yang dikembangkan, sistem pembangkit listrik yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik adalah pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).

Roadmap pengembangan panas bumi di Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden No. 5/2006 tentang kebijakan energi nasional merencanakan pada tahun 2025 nanti sebanyak 9500 MW kebutuhan listrik dipenuhi dari geotermal. Dalam roadmap tersebut dibuat target-target jangka pendek, salah satunya pada tahun 2012 ini ditargetkan kapasitas terpasang sebesar 3442 MW. Kenyataannya, berdasarkan data Dirjen EBTKE kapasitas terpasang pada akhir tahun 2011 masih pada angka 1226 MW. Hanya sekitar setengah dari target crash program tahap pertama tahun 2012.

Berdasarkan data Badan Geologi tahun 2010, cadangan panas bumi di Indonesia sebesar 29.038 MW tersebar di 276 lokasi panas bumi. Kapasitas terpasang (installed capacity) sebesar 1.226 MW dari lapangan Sibayak, Gunung Salak, Wayang Windu, Kamojang, Darajat, Dieng, dan Lahendong. Masih ada potensi geotermal yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia sebesar 95,8% belum dimanfaatkan. Data-data ini membuktikan bahwa banyak potensi geotermal yang bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik di Indonesia. Sampai tahun 2011, tujuh lapangan panas bumi yang telah beroperasi (total menghasilkan 1226 MW) di Indonesia semuanya dikelola oleh PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE) sebagai pemegang ijin usaha pertambangan panas bumi. Sebanyak 51 lapangan panas bumi (WKP, Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi) telah ditetapkan oleh Kementerian ESDM pada tahun 2012.

Geotermal dipilih sebagai sumber energi masa depan bukan tanpa alasan. Geotermal dapat dijadikan sebagai pembangkit listrik jangka panjang karena sifat sumber panas magmatik yang berumur panjang. Jenis sumber energi ini merupakan sumber energi terbarukan karena dalam sistem geotermal terdapat siklus perputaran antara fluida yang keluar dan fluida yang masuk terus menerus secara alami. Geotermal menjadi pilihan sebagai sumber energi baru karena kelimpahan potensi energi geotermal yang ada di Indonesia sangat besar dan merupakan sumber energi terbarukan.

Energi panas bumi memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan sumber energi lain. Panas bumi menghasilkan emisi gas CO2 lima kali lebih sedikit dibandingkan dengan minyak bumi sebagai pembangkit listrik. Panas bumi hampir tidak menghasilkan emisi H2S jika dibandingkan dengan minyak bumi. Geotermal juga memiliki resiko kerentanan lebih rendah terhadap tidakan terorisme dibandingkan instalasi nuklir. Material sisa dari produksi energi dari panas bumi merupakan material yang memiliki nilai ekonomis, misal SiO2 dan Zn. Selain itu, geotermal juga hanya membutuhkan area kecil di permukaan dibandingkan energi matahari dan angin. Karena kelebihan ini, sumber energi geotermal dikategorikan sebagai sumber energi yang ramah lingkungan.

Panas bumi layak dianggap sebagai masa depan sumber energi Indonesia. Kenyataan bahwa potensi panas bumi di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia adalah salah satu kelebihan yang harus dioptimalkan. Memanfaatkan sumber energi panas bumi adalah cara untuk mengurangi ketergantungan bangsa terhadap minyak bumi yang produksinya kian menurun. Solusi sumber energi baru terbarukan bukan lagi sebagai alternatif tetapi sebuah keharusan untuk bisa mandiri energi.

Sistem Operasi Smartphone Terbaik 2012

Memilih smartphone seringkali terbentur pada keinginan untuk menggunakan sistem operasi tertentu. Jadi memang sebaiknya sebelum membeli smartphone ada baiknya memilih sistem operasinya terlebih dahulu. Kondisinya saat ini adalah jumlah sistem operasi untuk smartphone masih sedikit jika dibandingkan jumlah varian smartphone yang beredar. jadi memang sebaiknya yang ditentukan lebih dahulu adalah memilih sistem operasi, baru selanjutnya memilih hardware-nya. Sebagai bahan pertimbangan, sekiranya sedikit gojeg sistem tentang operasi ini memang tidak begitu penting tetapi cukup bisa menjadi bahan pertimbangan.

http://twitter.com/#!/davvn/status/265297318021058561

http://twitter.com/#!/davvn/status/265300368001495040

http://twitter.com/#!/davvn/status/265296300742959104

http://twitter.com/#!/davvn/status/265299082585726976

Nah, sekarang tinggal menentukan jenis sistem operasi apa yang anda inginkan?

Saya memilih untuk menggunakan iOS karena kemudahan penggunaannya. Selain itu, hardware yang digunakan untuk iOS memang sudah dioptimalkan untuk sistem operasi dan perangkat lunak yang dibenamkan didalamnya. Ibaratnya Apple membuat hardware ya cuma untuk dipinang satu sistem operasi saja. Hal ini seperti Blackberry yang juga membuat hardware hanya untuk dipinang satu sistem operasi saja. Tetapi tentu sangat terasa perbedaan antara Blackberry dengan iOS, sepertinya memang momentum kejayaan Blackberry sudah terlewati. sedangkan Android, android itu satu jenis sistem operasi yang siap dipinang oleh hardware siapa saja. Ibaratnya, karo sopo wae yo gelem. Ya kondisinya mirip lah dengan Windows Phone.