Windows 10 Insider Preview x64, Lancar di RAM 1GB

Windows 10 digadang-gadang menjadi windows baru menggantikan sistem operasi Windows sebelumnya. Windows baru yang dimaksud bukan sekedar pengganti sebagai seri lanjutan setelah Windows 8.1 tetapi juga skema pembayaran baru. Dalam Windows 10 nanti, pembayarannya bukan lagi sekali beli untuk seumur hidup (seperti pada Windows versi sebelumnya) tetapi dengan skema pembayaran berlangganan, ya subscriptions. Itulah kenapa Microsoft berbicara mengenai Free One Year Upgrade bukan Free Upgrade seperti pada saat Windows 8 menjadi Windows 8.1.

Update (6 Juni 2015, 11:37 PM):
Gabriel Aul melalui twitter pribadinya mengkonfirmasi bahwa tidak ada annual fee subscription dalam Windows 10.

Seperti apa Windows 10? Saya berkesempatan mencoba sendiri Windows 10 Enterprise Technical Preview. Rilis yang saya coba adalah rilis build 9926. Tentu rilis ini sudah obsolete atau ketinggalan karena saat tulisan ini diunggah sudah ada rilis build 10074. Saya pikir tidak ada masalah mencoba rilis build berapapun. Toh namanya juga mencoba.

Sistem yang saya gunakan menggunakan virtual machine (Microsoft Hyper-V) dengan pengaturan CPU 1 Core 1 Thread dari Intel Core i5 2500K 3.3GHz, RAM 1024MB, dan harddisk virtual 32GB. Meski dari spesifikasi sepertinya tidak mencukupi untuk menjalankan Windows 10 64-bit, tapi ternyata cukup lancar untuk mengoperasikan aplikasi yang sudah ada atau bawaan yang ada di dalamnya.

Windows 10 Task Manager
Windows 10 Task Manager

Dari RAM 1GB, hampir 800MB sudah terpakai untuk sistem, artinya tidak banyak yang bisa dilakukan dengan RAM yang tersisa. Pun dengan CPU yang hanya satu core tidak bermasalah dalam eksekusi buka-tutup aplikasi. Meski demikian, apabila nantinya benar-benar digunakan untuk operasi harian pastinya akan dibutuhkan RAM yang lebih besar dan CPU core/thread lebih banyak. Begitu juga dengan Harddisk virtual yang saya ambil 32GB, masih tersisa cukup banyak apabila akan diinstall aplikasi dasar untuk office.

This slideshow requires JavaScript.

Windows Phone vs Android, Brothers in Arms 3: Sons of War

Bagi para FPS gamer, tentu cukup mengenal game sekuel game Brothers in Arms. Game yang bertajuk shooter ini sudah cukup lama hadir di platform PC Desktop. Belum lama ini, Brothers in Arms melalui sekuel Brothers in Arms 3: Sons of War hadir di mobile platform Android dan Windows Phone. Jika menilik dari versi PC Desktop, game ini bisa dipastikan memerlukan spesifikasi hardware yang mumpuni.

Android BIA3SOW
Android BIA3SOW

Game Brothers in Arms 3: Sons of War for Android sedikitnya memerlukan memori penyimpanan 754MB pada versi 1.2.0p. Dengan kebutuhan memori penyimpan sebegitu besar, tentu dapat dimengerti kalau game ini menyasar untuk device android kelas atas. Setidaknya untuk menjalankan game ini dengan cukup mulus, minimal dengan RAM sedikitnya 1.5GB, prosesor 4 core, dan kartu grafis yang mumpuni. Beruntung saat ini ponsel Android dengan spesifikasi mumpuni di kelas menengah bisa dibilang tidak terlalu mahal jika mengkomparasikan dengan spesifikasi yang diperoleh.

Windows Phone BIA3SOW
Windows Phone BIA3SOW

Dalam versi Windows Phone, Brothers in Arms 3: Sons of War juga memakan memori cukup besar, yaitu 616MB. Tentu dengan kebutuhan memori sebesar itu membutuhkan resource mumpuni. Barangkali RAM 512MB di ponsel Windows Phone akan teriak keberatan untuk menjalankan game ini. Belum lagi ponsel-ponsel Windows Phone yang yang beredar bisa dibilang ketinggalan jaman untuk teknologi prosesornya. Disaat produsen lain sudah pasang prosesor 4 inti, produsen ponsel untuk Windows Phone masih setia dengan prosesor 2 inti. Begitu juga disaat produsen lain sudah menginjak prosesor 8 inti, mereka baru memasuki era 4 inti.

Dalam ujicoba kali ini, perangkat Android yang digunakan adalah Samsung Galaxy Tab S 8.4 LTE (SM-T705) dengan versi Android 4.4.2 dan game Brothers in Arms 3: Sons of War versi 1.2.0p. Sedangkan perangkat Windows Phone 8.1 Denim sebagai lawan tandingnya adalah Nokia Lumia 930 (RM-1045) dengan game Brothers in Arms 3: Sons of War versi 1.0.3.3.

Dari sisi spesifikasi, Samsung Galaxy Tab S 8.4 LTE masih unggul dengan prosesor 8 inti (big.LITLE) dan RAM 3GB jika dibandingkan dengan Nokia Lumia 930 yang hanya dibekali prosesor 4 inti dan RAM 2GB. Untuk sektor display, sepertinya resolusi layar Samsung Galaxy Tab S yang lebih besar 2560×1600 pixel justru akan lebih membebani jika dibandingkan Nokia Lumia 930 yang hanya dibekali layar resolusi 1920×1080 pixel. Dari prosesor pun meski Samsung Tab S dibekali 8 inti tetapi dengan skema big.LITLE (hanya 4 inti yang aktif bersamaan) dan clock 1.9GHz sepertinya akan sedikit limbung menghadapi Lumia 930 dengan 4 core dan clock 2.2GHz. Tetapi Galaxy Tab S cukup terbantu dengan teknologi prosesor yang lebih baru dan lebih efisien dibandingkan Lumia 930.

Sebelum membahas hasilnya, berikut untuk ditonton video duel Android 4.4.2 melawan Windows Phone 8.1 Denim:

Dalam video, bisa dilihat bagaimana Android “tertinggal” beberapa detik dibandingkan Windows Phone saat loading awal. Begitu juga saat berpindah navigasi, Android terlihat delay jika dibandingkan Windows Phone. Meski Lumia 930 spesifikasinya cukup inferior dibandingkan Galaxy Tab S, untuk urusan bermain game Brothers in Arms 3: Sons of War ternyata Lumia 930 masih lebih mumpuni dibandingkan Galaxy Tab S.

Labu Hijau, OS Rakus Memori

Samsung Galaxy Ace
Samsung Galaxy Ace

Saya masih ingat ketika pertama kali memegang ponsel Samsung Galaxy Ace (versi pertama) dengan RAM 278MB dan memori internal tak lebih dari 200MB merupakan sesuatu yang istimewa pada waktu itu karena spesifikasinya masih cukup superior untuk ponsel kelas menengah. Belum lama membeli Ace yang saat itu masih dengan OS Android Gingerbread 2.3, sudah muncul update OS versi 2.3.3 yang ternyata cukup menghabiskan memori internal. Sampai terakhirnya update ke versi Android 2.3.4 semakin sedikit tersisa memori untuk install aplikasi. Kejadian dari awal pembelian sampai kehabisan memori internal itu pun berlangsung cukup cepat, tak lebih dari setahun.

Selanjutnya ganti ke Ponsel Sony Xperia C, yang saat itu sudah dibekali dengan Android versi 4.2.2, RAM 1 GB dan 4GB memori internal tetapi hanya dapat digunakan sekitar 1 GB untuk aplikasi. Baru beberapa saat menggunakan, muncul update baru yang juga dibarengi dengan update aplikasi-aplikasi bawaannya. Selanjutnya ditambah dengan aplikasi yang didownload dari Store yang juga semakin membesar ukurannya, kini memori yang tersisa tak lebih dari 50MB yang sudah tidak bisa diinstall aplikasi tambahan lagi dan ditambah keharusan rajin-rajin membersihkan memori internal. Semua terjadi begitu cepat dalam waktu kurang dari satu tahun, sama seperti ponsel sebelumnya.

Selanjutnya berganti ke Android tablet flagship-nya Samsung, Samsung Galaxy Tab S 8.4” yang dari sisi spesifikasi jelas sangat mumpuni sampai saat ini. Dibekali memori internal 16GB, available untuk aplikasi sekitar 10GB. Dari sisi sistem android, ketika nanti ada update kemungkinan masih mencukupi untuk diupdate ke versi selanjutnya (sudah dirilis untuk android 5.0.1, tetapi belum ada untuk Indonesia). Meski cukup untuk update sistem, tetapi perkembangan ukuran aplikasi tambahan di Store cukup tidak mengenakkan. Dalam waktu kurang dari 5 bulan dengan pemakaian normal dan file multimedia saya simpan di memori eksternal, disk space internal yang tersisa tak lebih dari 1,2 GB dari yang tadinya masih tersisa sekitar 5 GB dengan kondisi aplikasi yang terinstall masih sama. Dengan asumsi penggunaan memori untuk menyimpan data aplikasi mencapai 75% dari konsumsi memori, berarti dalam waktu tak lebih dari 6 bulan perkembangan kebutuhan memorinya meningkat 0,95 GB. Dalam waktu satu tahun, tablet saya hanya akan menyisakan 250MB memori internal.

Dari tiga kasus tersebut, apabila pembelian ponsel android orang Indonesia rata-rata dua tahun satu kali, maka setelah satu tahun kemungkinan pemilik ponsel sudah tidak bisa mengikuti update fitur-fitur android yang baru yang diberikan oleh vendor dan penyedia aplikasi untuk ponselnya. Ponsel android akan menjadi barang yang ketinggalan teknologi dalam waktu paling lama satu tahun. Android update yang cepat dengan kebutuhan memori yang semakin besar membuat ponsel Android saya menjadi outdated dalam waktu kurang dari satu tahun.

Bandingkan saja perubahannya dengan iOS yang meski hanya dibekali memori internal tanpa memori tambahan masih mendapatkan update sampai ke versi terbaru, bahkan untuk device yang dirilis tiga tahun yang lalu. Atau bandingkan dengan Windows yang dari masa-masa kejayaan Nokia Lumia 510 untuk segmen low end sampai sekarang masih mendapatkan update, dari sejak Windows 8 Amber sampai 8.1 Denim (Amber, Black, Cyan, Denim) dan sebentar lagi akan mendapatkan Windows 10.

SimCity Build It, Update Version 1.3.4.26938

Baru-baru ini Electronics Arts merilis update baru game SimCity Build It. Update yang dirilis pada 11 Mei 2015 dengan nomor versi 1.3.4.26938 ini dirilis dengan penambahan beberapa item baru. Beberapa diantaranya adalah munculnya unlock disaster challenge dan skema upgrade jalan utama.

Pada dissaster challenge di Tower Dr. Vu kini diupdate dengan adanya tambahan robot raksasa dan tesla coil. Dissaster challenge ini melengkapi yang sudah ada di versi sebelumnya yang didalam dissaster challenge hanya muncul meteor, gempa, allien, dan tornado.

Upgrade jalan kini ditambahkan dengan kemunculan upgrade jalan dari mulai two lane road, four lane road, avenue, boulevard, dan streetcar avenue. Pada versi sebelumnya, upgrade jalan hanya terdiri dari tiga level yaitu two lane road, four lane road, dan six lane road.

Konsep dari game SimCity Build It adalah gamer menjadi walikota yang mengembangkan suatu wilayah dari yang tadinya lahan kosong menjadi kota modern dengan berbagai fasilitas kota yang wajib ada.

Beberapa fasilitas dasar kota yang harus disediakan diantaranya jalan, pusat pemerintahan, kantor polisi, klinik kesehatan, dan pemadam kebakaran. Untuk mendukung pertumbuhan kota disediakan fasilitas-fasilitas untuk membangun pabrik bahan dasar dan market untuk mengolah bahan dasar menjadi barang-barang olahan. Selain itu, untuk meningkatkan level kebahagiaan warga, disediakan juga fasilitas tambahan semacam taman kota, fasilitas pendidikan, transportasi, pusat hiburan, tempat wisata kebudayaan, dan tempat ibadah.

Gamer juga dapat melakukan aktifitas jual-beli barang-barang dari gamer lain melalui fasilitas global market. Selain itu juga ada kapal kargo dan pesawat kargo yang secara periodik datang untuk membeli barang-barang yang dihasilkan. Setiap kali bisa memenuhi seluruh permintaan barang di kapal kargo akan mendapatkan satu kunci yang berguna untuk membangun bangunan-bangunan khusus dan setiap bisa memenuhi permintaan pesawat kargo akan mendapatkan barang tertentu yang diperlukan untuk upgrade bangunan supaya mendapatkan kapasitas penghuni lebih banyak.

Yang seru dari game ini adalah pertandingan level antar sesama gamer. Gamer dengan level lebih tinggi akan membuka ketersediaan dan pembuatan barang dan fasilitas tertentu. Menjadi kebanggaan tersendiri bagi gamer yang memiliki level lebih tinggi dibandingkan gamer lainnya.

Saya sudah level 32, kamu level berapa?

Kabarnya, Windows Media Center Hilang di Windows 10

Baru-baru ini muncul kabar bahwa Windows Media Center akan dihilangkan di Windows 10. Kabar ini telah dikonfirmasi oleh Gabriel Aul, salah satu pejabat Microsoft.

Barangkali memang Windows Media Center tidak banyak dikenal oleh para pengguna Windows karena kebanyakan Windows digunakan untuk bekerja, bermain game, atau mobilitas. Jarang pengguna Windows menggunakan komputernya sebagai sebuah Media Center. Satu komputer yang didalamnya sudah terdapat paket untuk memutar film, menonton dan merekam TV, live streaming, atau sekedar radio.

Windows Media Center merupakan paket tambahan untuk pengguna Windows biasa supaya bisa mengintegrasikan sekaligus memanfaatkan komputer miliknya dengan fungsi tambahan sebagai media center. Paket Windows Media Center tidaklah gratis, untuk aktivasinya pengguna harus membayar beberapa dolar.

Meski kabarnya memang tidak disertakan dalam rilis Windows 10, tetapi pengguna akan disediakan secara gratis media player khusus untuk memutar DVD sehingga Windows 10 tetap bisa difungsikan layaknya home theater.

Begini tampilan terakhir Windows Media Center di Windows 8.1 Pro.