Berakhir pekan di Jakarta bagi sebagian orang rasanya menjadi hal nyeleneh untuk dilakukan. Bagi orang yang keseharian makaryo di Jakarta, pilihan untuk berakhir pekan adalah keluar kota. Entahlah keluar kota ke Bogor, Sukabumi, Cianjur, Banten, atau Bandung.
Jakarta, bagi orang jarang piknik semacam saya adalah pilihan tempat untuk berakhir pekan. Maksudnya ya hanya berdiam diri di Jakarta entah itu di rumah, sesiblon di kolam renang, di kamar, atau sesekali mlipir sedikit ke mall terdekat.
Awal-awal periode saya tinggal di Jakarta, saya cukup malas untuk sekedar mengetahui dan menjelajah obyek wisata di Jakarta (Jakarta lho ya, bukan kota penyangga Jakarta). Sekedar ngerti dan pernah ke Kota Tua, Museum Keramik (masih di sekitar Kota Tua juga), Kompleks sekitaran Ancol, dan Ragunan. Sisanya, sebatas pernah mendengarkan bahwa di Jakarta ada ini-itu. #ngenesBanget
Akhir pekan lalu, katalog wisata Jakarta saya bertambah. Di Jakarta sebelah utara masih ada gugus kepulauan seribu, iya masih Jakarta kok. Ya meskipun yang saya kunjungi hanya tiga pulau dari “seribu” pulau di Kepulauan Seribu.
Flash back, sekira satu bulan yang lalu saya mendapatkan shared image di WhatsApp yang sepertinya shared image ini tersebar cukup viral dari satu grup ke grup lain. Setelah saya telusuri, saya temukan sumber gambarnya ada di akun instagram @airisjourneys seperti yang ada di footer image.
Harga Rp75.000,00 memang harga normal dan wajar menurut beberapa intelijen. Sepertinya tanpa ikut open trip itu pun beberapa orang diantara teman-teman saya juga sanggup untuk berangkat mengelilingi tiga pulau (atau lebih) di sekitar Kepulauan Seribu. Tetapi open trip AIRIS Journeys itu sepertinya menjadi sebuah trigger untuk merealisasikan hajat trip week end yang sebelumnya sudah terencana dan hampir saja berakhir menjadi hanya sebatas wacana. Akhirnya terregistrasi nama 9 orang yang dikomandani oleh Indra dengan anggota Wildan, Data, Putri, Bayu DJ, Bayu Mbantoel, Yuninggar, saya, dan Ivan.
Pada hari yang telah ditentukan, ternyata muncul keadaan kahar (force majeure) yang menimpa Ivan atas nama pekerjaan. Jadilah berdelapan saja mengarungi lautan bersama sekitar seratus orang lainnya yang turut menyertai keberangkatan. Pulau-pulau tujuannya adalah Pulau Kelor, Pulau Onrust, dan Pulau Cipir. Titik pertemuan seluruh peserta ada di dermaga Muara Kamal. Butuh waktu hampir satu jam untuk menemukan dan sampai di dermaga tersebut dari titik transit di sekitar Jl. Samali – Pasar Minggu.
Pulau Kelor (Pulau Kherkof)
Pukul 09.30 pagi kloter pertama sampai kloter ketiga diberangkatkan hampir bersamaan menuju Pulau Kelor. Butuh waktu sekira satu jam sampai di Pulau Kelor. Pulau Kelor dikenal karena adanya benteng Martello. Pulau ini juga dianggap sebagai kherkof (orang melafalkan “kerkof”) yang artinya gerbang atau pintu masuk. Konon di pulau ini dikuburkan beberapa korban pemberontakan kapal HNLMS Zeven Provincien. Yang menarik di pulau ini menurut saya adalah nilai sejarahnya, keunikan sisa-sisa benteng, dan photogenic.
Note: tidak boleh menaiki bangunan utama maupun reruntuhan benteng Martello. (DIBACA YA)
Pulau Kapal (Pulau Onrust)
Destinasi selanjutnya adalah Pulau Kapal atau Pulau Onrust, sampai di Pulau Onrust sekitar pukul 12 siang. Di pulau inilah baru bisa makan siang sekaligus selanjutnya terdapat tempat ibadah untuk yang melakukan ibadah siang. Pulau Onrust artinya pulau sibuk (tidak pernah istirahat). Sesuai namanya, konon pulau ini dulunya menjadi pusat kegiatan galangan kapal yang sangat ramai dan sibuk. Pulau ini bisa dikatakan menjadi pulau induk dari tiga pulau yang dikunjungi. Di Pulau Onrust terdapat reruntuhan bangunan, reruntuhan benteng, kuburan pribumi, kuburan Belanda, dan museum. Selain pernah dimanfaatkan sebagai pusat galangan kapal, pulau Onrust pernah dijadikan sebagai tempat karantina penderita TBC, tempat karantina jamaah haji, tempat tawanan peristiwa pemberontakan HNLMS Zeven Provincien, penjara Jepang, dan setelah kemerdekaan pernah dijadikan tempat menampung penderita penyakit menular dan penampungan gelandangan.
Note: Katanya, pulau ini pernah disinggahi oleh Kapten Cook yang menumpang kapal HMS Endeavour. Keren ya…
Pulau Cipir (Pulau Kuyper)
Pulau Cipir sebagai destinasi terakhir baru didatangi menjelang pukul 3 sore. Di pulau ini terdapat reruntuhan bangunan yang agak sedikit lebih utuh dibandingkan dengan yang ada di Pulau Onrust. Dahulu pulau ini juga pernah dijadikan tempat karantina jamaah haji pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Di pulau Cipir inilah kegiatan terakhir sebelum kembali ke Pulau Jawa dilakukan, yaitu pelepasan lampion. Dari sesampainya di Pulau Cipir hingga pelepasan lampion, ada waktu sekitar 2 jam menganggur. Sebagian yang ikut serta dalam open trip menghabiskan waktu dengan berkeliling ke segala penjuru pulau, bermain air, atau sekedar duduk menikmati senja. Saya memilih tiduran di ujung pantai pada sisi yang menghadap ke pulau Kelor. Selepas acara pelepasan lampion, jamaah open trip pun kembali ke kapal masing-masing untuk diantarkan kembali ke dermaga Muara Kamal.
Terimakasih
Semua keperluan perjalanan dari dermaga Muara Kamal menuju tiga pulau sampai kembali lagi ke dermaga Muara Kamal telah disiapkan AIRIS Journeys. Menurut akun instagram-nya, akan diselenggarakan open trip serupa pada tanggal 11 Oktober 2015 dengan pelepasan lampion lebih banyak. Thanks to AIRIS Journeys, terimakasih juga Ivan yang meski mengalami force majeure tetapi paket tetap dikirimkan untuk delapan orang lainnya, serta Bayu DJ yang menyediakan additional accessories dari paket yang dikirimkan Ivan.