Dalam tulisan kali ini, saya akan mengulas seputar “membeli” komputer workstation untuk belajar. Yang akan saya bandingkan kali ini adalah bundled/branded workstation dan self building workstation. Ya, membandingkan mengenai kelebihan dan kekurangan keduanya, antara branded worstation dengan merakit sendiri. Sebagai gambaran, bila pembaca sekalian menilik harga-harga workstation branded di berbagai situs online biasanya ngomel karena spesifikasi yang “hanya” sedemikian tetapi harganya bisa 3-4 kali lipat dibandingkan kebanyakan komputer serupa yang dirakit sendiri menggunakan komponen-komponen yang beredar umum di pasar komputer. Saya tidak akan menunjuk vendor produsen workstation tertentu dalam tulisan ini. Saya membicarakan kebanyakan branded workstation yang beredar di Indonesia.
Kelebihan dari branded workstation adalah user tidak perlu merakit sendiri, dalam hal ini kompatibilitas antar bagian semisal RAM, prosesor, graphic card, mainboard, dan sebagainya sudah bisa dipastikan saling kompatibel. Dalam artian didesain untuk mendapatkan performance yang sesuai dengan part masing-masing. Katakanlah jika prosesor sudah mendukung teknologi ECC memori, maka mainboard dan RAM yang terpasang bisa dipastikan juga mendukung ECC memori. Hal ini karena seandainya ada satu bagian saja yang tidak support ECC maka kompatibilitas terhadap ECC dari komponen lainnya menjadi sia-sia. Begitu juga dengan support terhadap standar energy save, multi GPU, hyperthreading, PCI x16 3.0, dan sebagainya. Kelebihan lainnya adalah garansi. Garansi branded workstation meliputi keseluruhan dari workstation.
Kekurangan dari branded workstation tentu saja harga yang lebih mahal, dan yang akan diterima adalah as is, sebagaimana adanya sesuai spesifikasi yang ditentukan vendor. User tidak dapat bermain-main dengan bebas melakukan customizing hardware. Beberapa workstation juga memiliki operating environment yang “tidak umum”, misal workstation harus diletakkan dalam ruangan bersuhu rendah sehingga workstation tidak dapat diletakkan di ruang sembarangan. Skema garansi branded workstation ini juga bisa menjadi kelemahan. karena yang digaransi adalah satu paket workstation, maka seandainya mengalami rusak, satu paket workstation itulah yang harus diservice. Tentu saja ini akan repot seandainya workstation tersebut adalah workstation utama.
Kekurangan dari branded workstation tentu saja akan menjadi advantage dari merakit sendiri. User dapat memilih dan melakukan kustomisasi terhadap hardware yang akan digunakan, misal menyesuaikan dengan software yang nantinya akan diinstall di dalam workstation itu sendiri. Operating environment pada workstation rakitan juga dapat divariasi atau dibuat lebih tahan pada suhu lebih tinggi. Dengan memainkan airflow dan buangan panas tentu saja user dapat “mengakali” supaya lebih fleksibel dalam hal operating environment. Dengan sistem garansi per komponen, maka seandainya ada salah satu komponen rusak, cukup mencabut komponen yang rusak tersebut dan bisa menggunakan komponen sementara yang kompatibel. Misal bila kartu grafis workstation rusak, cukup dicabut, dikirim ke pemberi garansi, kemudian sementara workstation masih dapat digunakan dengan mengganti “sementara” dengan kartu grafis biasa.
Kelemahan dari rakitan utamanya untuk merakit sendiri tentu saja perlu melakukan hal-hal teknis dasar dalam merakit komputer, memilih hardware yang akan digunakan, menentukan desain airflow, dan sebagainya. Merakit sendiri memerlukan pengetahuan tambahan, dalam artian tidak semua user memiliki pengetahuan dalam hal perakitan komputer semacam workstation, terlebih mengenai system requirement dan compatibility-nya. Selain masalah teknis, untuk mendapatkan komponen serupa sekelas workstation cukup sulit di Indonesia. Katakanlah RAM ECC, mainboard, prosesor, casing, dan beberapa komponen sekelas server hanya dijual di beberapa distributor di Indonesia. Artinya untuk merakit workstation perlu “jaringan” dan informasi lebih.
Bagaimana menutupi kelemahan dari workstation rakitan?
Yang perlu diperhatikan dalam merakit workstation adalah software apa yang akan digunakan. Pelajari terlebih dahulu system requirement software, dan teknologi hardware seperti apa saja yang support dengan software yang akan dipasang. hal ini sangat penting karena tujuan utama perakitan workstation sendiri adalah pada software dan penggunaannya. Selain software, perhatikan calon operating environment-nya, terutama suhu. Apabila ruangan tidak ber-AC, perkirakan suhu rata-rata ruangan, kalau perlu ukur secara rutin selama beberapa hari. Selanjutnya space yang akan digunakan untuk meletakkan workstation.
Setelah melakukan “survey” diatas, user dapat melakukan desain workstation. Perhatikan hardware-hardware yang diperlukan (lihat system requirement). Cari tahu tentang dimensi dari masing-masing hardware (terutama ukuran mainboard dan VGA card). Selanjutnya mancari beberapa calon casing yang sesuai dengan ukuran mainboard dan VGA card, usahakan memperoleh calon casing lebih dari 4 macam/brand. Selain menyesuaikan dengan space yang tersedia di ruangan, akan lebih baik jika casing-nya longgar, dalam artian masih ada cukup ruangan bebas di dalam casing sekalipun telah dipasang mainboard dan VGA card.
Langkah selanjutnya adalah membuat desain airflow atau aliran udara di dalam casing. pastikan udara yang masuk dan keluar dari casing seimbang, dan sumber-sumber panas pada komponen mendapatkan “pendinginan” yang lebih. Dari beberapa calon casing yang telah dipilih sebelumnya, tentukan mana yang paling cocok terhadap desain airflow. Desain airflow ini cukup penting dan seringkali dilupakan dalam perakitan, baik perakitan komputer biasa maupun workstation. Saran untuk penggunaan di ruangan tanpa AC, gunakan pendingin prosesor yang memiliki heat transfer tinggi, misal menggunakan water cooling system atau yang agak murah gunakan heatsink yang sudah memiliki pipa penyalur panas atau dikenal dengan istilah heat pipe. Setidaknya dengan menggunakan sistem pendingin komputer yang baik dapat mengurangi kemungkinan pembelian AC dan konsumsi daya AC yang menyertainya.
Setelah langkah-langkah diatas, hitung power consumption untuk keseluruhan komponen dalam workstation. usahakan mencari power supply yang mampu memberikan daya lebih dari kebutuhan komponen, misal jika dari hitungan diperkirakan keseluruhan komponen memerlukan 650W maka gunakan power supply yang lebih tinggi (bisa 850W, atau lebih).
Apabila seluruh komponen sudah terpenuhi, selanjutnya lakukan perakitan dengan hati-hati, dan pastikan pengkabelannya baik. Kuncinya, lakukan perakitan atau desain layaknya overclocker, tetapi hardware yang digunakan adalah hardware untuk segmen enterprise. Apabila kesulitan memperoleh hardware untuk segmen enterprise, setidaknya gunakan hardware untuk segmen daily usage tetapi pilih untuk kelas high-end performance. Dalam hal ini, kembali lihat kembali kompatibilitas fitur antar komponen untuk mengurangi pemborosan fitur yang tidak kompatibel. Contoh pemborosan pada fitur yang tidak kompatibel adalah support ECC-RAM. Apabila prosesor sudah support ECC-RAM, sudah menggunakan ECC-RAM, tetapi mainboard tidak support ECC-RAM maka fitur ECC-RAM menjadi sia-sia. Selisih harga antara hardware support ECC-RAM dan non-ECC-RAM cukup signifikan, hindari pemborosan semacam ini.