Hari Rabu sore lalu saya mendapat SMS dari teman saya, nembung mau meminjam sepeda onthel besok hari Jumat malam. Saya jarang menggunakan sepeda onthel saya pada malam hari, jadilah saya perbolehkan memakai sepeda saya sak kesele. Meski begitu saya penasaran juga, untuk apa pinjam sepeda malam-malam? Terlebih lagi teman saya ini memang baru pertama kali ini nembung mau pinjam sepeda.
JLFR (Jogja Last Friday Ride) merupakan sebuah kegiatan ajang pit-pitan (bersepeda) bareng menelusuri rute tertentu di Kota Yogyakarta. Untuk event tanggal 28 September 2012 ini melalui rute Balai Kota – Jl. Kenari – Gondosuli – Munggur – Colombo – Terban – Cikditiro – Suroto – Kridosono – E.M. Noto – Jend. Sudirman – Tugu – Mangkubumi.
Informasi awal yang saya dapatkan mengenai kegiatan ini pun sangat minim. Hampir tidak ada, kecuali hanya sak sliweran (sekilas) di halaman muka facebook. Gambar semacam poster yang bahkan melihat saja rodo nggak ngeh (kurang memperhatikan). Informasi yang saya dapatkan justru dari teman saya yang mau pinjam sepeda itu.
Entah kenapa saya ingin ikut bersepeda, sekedar pit-pitan bareng. Bahkan asumsi saya awalnya cuma mau pit-pitan bareng empat orang teman. Begitu keluar melalui jalan-jalan alternatif sepeda mulai nampak keramaian para pesepeda menuju satu tujuan yang sama, Balai Kota Yogyakarta. Sampai di jalan depan Balai Kota sudah terlihat beberapa kerumunan para pesepeda kongkow di sepanjang pinggir jalan. Saya kira hanya sedikit, tetapi ternyata semakin malam semakin banyak, semakin malam semakin asik.
Sekitar pukul 20.30 pit-pitan menelusuri rute yang sudah ditentukan dimulai, ternyata selama di jalan ada juga para pesepeda yang ngadang di jalan dan bergabung. Semakin mendekati finish di Mangkubumi semakin banyak saja. Meski hitungannya tak sampai puluhan ribu, saya rasa ini cukup banyak untuk ngebak-ngebaki jalan sepanjang rute perjalanan.
Saya tidak begitu tahu mengenai ijin dan pemberitahuan gangguan, bahkan siapa yang menjadi pandega kegiatan ini pun saya tidak tahu. Karena sudah pasti dengan jumlah pesepeda yang bergabung itu sudah termasuk kegiatan berkumpul di tempat umum yang bisa mengganggu keselamatan dan ketertiban pengguna jalan.
Apapun itu rasanya masih cukup banyak evaluasi yang harus dilakukan oleh para pesepeda. Utamanya adalah tidak rebutan jalur dengan pengguna kendaraan lain (sepeda motor, mobil, becak, andong, dll). Tertib harus menjadi tatanan ketat dan dipatuhi supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. Saya melihat banyak pesepeda yang secara tidak sadar mempertaruhkan nyawa dengan menyeberang persimpangan jalan sembarangan, tidak memperhatikan kondisi dari arah berlawanan maupun yang dari kanan-kirinya.
JLFR ini lumayan seru terutama saat menyoraki dan “menyemangati” pesepeda yang tertinggal di belakang saat sampai di Mangkubumi. Saya baru pulang bersepeda pukul 10.30 malam. Pun itu bersama teman-teman saya tidak langsung pulang melainkan mencari makan malam di nasi goreng daging kambing dekat Panti Rapih. Selanjutnya nongkrong di Angkringan Ndhelik di Jl. Pandega Raya (Pogung Lor) sampai pukul 01.30 (lewat tengah malam). Sampai kost langsung nulis dan posting ini.
* foto lainnya masih ada di Septian.