Sebagaimana telah banyak diungkap di media tentang keindahan alam Wonosobo, saya mencoba untuk ketiga kalinya ke Wonosobo dan menikmati keindahan Alam karunia Sang Hyang Agung. Beberapa hari yang lalu bersama beberapa Bala Tidar dalam acara Wisata Blogger 2009 dipunggawai oleh Sahabat Blogger Wonosobo, inilah wisata ketiga di Wonosobo. Sayang sekali saya tak sempat mengikuti rangkaian acara dari pagi, sebab memang saya bersama Bala Tidar berangkat dari Magelang sudah sekitar jam 09.00 WIB. Saya memulai kegiatan bersama beberapa Blogger lain setelah Sholat Jumat, acara makan-makan.
Perjalanan Wisata setelah makan siang dimulai, pertama menuju pusat pengrajin batik di Talunombo Kecamatan Sapuran. Perjalanan yang sangat berat karena harus melalui jalan rusak parah layaknya gulo kacang. Tapi sampai di Talunombo, semua perjalanan berat terobati dengan sambutan perangkat desa di Talunombo, bukan sambutan yang meriah tapi dengan keramahan dan senyum yang semanak won ndeso itu cukup mengobati beratnya perjalanan.
Ketika kebanyakan Wirablogger terfokus pada kerajinan batik dan mendong, saya lebih tertarik pada deretan trophy di pojok balai desa. Salah satunya Juara III Perpustakaan Desa/Kelurahan se-Wonosobo. Disinilah saya mulai menyelidiki keberadaan perpustakaan Warga, bukan karena juara tiganya tetapi karena Bala Tidar sebenarnya juga sedang merilis Perpustakaan Warga di Dusun Ngampon yang kondisinya hampir mirip dengan Talunombo, jauh dari peradaban kota.
Perjalanan berlanjut kembali menuju penginapan yang oleh panitia sudah difasilitasi full hotspot persembahan dari telkom speedy yang katanya bandwith hingga 6Mbps (haiyah mbelgedhes). Selanjutnya menuju kolam pemandian air hangat, tapi saya tidak ikut nyemplung. Setelah sholat maghrib, perjalanan wisata berlanjut Saresehan di pendopo kabupaten Wonosobo. Ada satu kemiripan antara Alun-alun Wonosobo dengan Alun-alun Kota Magelang. Memiliki Ringin-Tengah, yang di Magelang oleh Bala Tidar dijadikan sebagai titik temu dan pangkalan kopi darat.
Dimulai dengan makan malam dilanjutkan acara santai walau semi formal. Bupati Wonosobo sendiri berpakaian santai, berbeda dengan para muspida lainnya yang resmi saklek. Yang menarik bagiku adalah ketika Sing Mbahurekso Wonosobo berduet nyanyi bareng Mbak Shita, meriah dan kompak. Benar-benar bupati yang gaul dan adaptif terhadap situasi. Bahkan ketika Mbak Shita keceplosan ngomong modar yang bagi sebagian orang khususnya wilayah Kedu adalah kata kasar, Pak Bupati yo mung mesam-mesem. Oh ya, Pak Bupati itu dulu penggiat pers lho.
Perjalanan Wisata hari pertama berakhir disini. Berlanjut ke hari kedua. Berawal mulai jam tiga pagi dimana ketika itu udara begitu dingin mbalung sungsum. Menuju dieng melihat golden sunrise dan silver sunrise. Aku sedikit berbeda dari yang lain. Ketika yang lain memakai sandangan komplit plus sarung karena saking dinginnya, saya hanya memakai celana jeans dan kaos oblong, tentu ini memperkuat identitas embel-embel Pendekar Tidar (konon sakti mandraguna).
Sebelum pamitan pulang, Mas tyovan dan sahabat blogger Wonosobo memberi kenang-kenangan berisi Carica dan Kopi Purwaceng. Lha nek aku Purwaceng meh nggo opo? Malah muspro to?
Whatever, Terimakasih Wonosobo….